Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA.Timah kembali bangkit. Nilai kontrak pengiriman timah untuk Mei 2011 di London Metal Exchange, Senin (4/4), senilai US$ 31.635 per ton. Jika dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya, US$ 31.587 per ton, harga timah naik 0,15%.
Tapi, harga timah kemarin lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi penutupan pada akhir pekan lalu, yaitu US$ 31.812 per ton. "Tidak ada isu khusus yang menyebabkan penurunan harga di awal pekan," ujar Lanang Trihardian, Analis Syailendra Capital.
Ia menambahkan, para pelaku pasar semata melihat ke faktor fundamental, yaitu perbandingan antara persediaan dengan permintaan, saat bertransaksi.
Ekspektasi yang beredar saat ini pasokan timah akan menyusut lagi karena ada kendala di kegiatan penambangan. Sekadar catatan, Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia.
Apelles R.T, Kawengian, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo, mengaitkan pergerakan naik harga timah dengan kebutuhan logam tersebut di Jepang. Kebutuhan timah Negeri Matahari Terbit itu diperkirakan melonjak seiring dengan bergulirnya kegiatan rekonstruksi.
Proyeksi Apelles, harga timah dan sejumlah komoditas logam akan menanjak hingga Juni 2011. "Pada Juni nanti, Amerika Serikat (AS) mungkin menaikkan bunganya," tutur Apelles. Kenaikan bunga di AS bisa menyetop sementara tren kenaikan harga komoditas, termasuk timah.
Appeles memprediksi harga timah berkisar US$ 31.900 per ton pada Juni. "Jika ada koreksi setelah itu, besar penurunan sekitar 0,5%," kata dia.
Jika dihitung dari awal tahun, harga timah telah mengalami kenaikan sebesar 10% per akhir Maret. "Kenaikan harga timah tahun ini masih wajar," ucap Lanang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News