kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fundamental domestik kuat, CDS Justru menurun di tengah pandemi


Senin, 22 Juni 2020 / 16:55 WIB
Fundamental domestik kuat, CDS Justru menurun di tengah pandemi
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fundamental dalam negeri yang dinilai tetap kuat meski dihantam pandemi Covid-19, membuat persepsi risiko investasi Indonesia berangsur menurun.

Mengutip Bloomberg, Senin (22/6), indeks persepsi risiko investasi atau credit deafult swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun dalam sepekan terakhir menurun dari 159,182 menjadi 124,203.

Kompak, per Jumat (19/6), CDS Indonesia tenor 10 tahun juga menurun ke 198,910 dari 207,845 sepekan lalu.

Baca Juga: Obligasi negara atau korporasi, mana yang lebih menarik?

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan level CDS menurun karena pelaku pasar menilai fundamental domestik masih solid dalam menghadapi tekanan pandemi Covid-19.

Tidak dipungkiri, perekonomian semua negara kini sedang tertekan. Kenaikan defisit anggaran jadi tidak terhindarkan. Namun, Yudha menilai pengelolaan fiskal Indonesia masih terkontrol dengan baik hingga besaran defisit APBN Indonesia masih lebih rendah dibanding negara lain. Alhasil persepsi risiko investasi di Indonesia menurun.

"Defisit APBN kita baru 6,3%,  walau memang ke depan defisit berpotensi bertambah tetapi urgensi dalam negeri tidak sebanyak negara lain yang defisit anggarannya sudah menyentuh 8%," kata Yudha, Senin (22/6).

Namun, meski dalam sepekan CDS Indonesia menurun, jumlah kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) justru cenderung turun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Rabu (17/6) kepemilikan asing turun ke Rp 933,97 triliun dari Rp 939,10 triliun pada sepekan lalu.

Yudha mengatakan investor asing cenderung menahan diri karena khawatir pada pandemi corona gelombang kedua. Alhasil, investor asing kini cenderung wait and see dan mengamati perkembangan penanganan pasien corona di Indonesia terlebih dahulu.

Baca Juga: Penerbit obligasi korporasi dengan rating investment grade dinilai lebih aman

Meski begitu, dengan kondisi fiskal Indonesia yang lebih baik dari negara emerging market lain, Yudha optimistis dana asing akan kembali masuk ke pasar keuangan domestik.

"Ini tinggal tunggu waktu yang tepat saja ke depan asing akan kembali masuk, semoga ekonomi yang mulai kembali bergerak bisa jadi sentimen positif," kata Yudha. 
Apalagi, yield yang ditawarkan Indonesia cukup tinggi dibanding negara tetangga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×