kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fundamental dan teknikal, tembaga masih bullish


Selasa, 01 Juli 2014 / 14:32 WIB
Fundamental dan teknikal, tembaga masih bullish
ILUSTRASI. Buku karya Robert Kiyosaki berjudul Rich Dad Poor Dad, adalah salah satu rekomendasi untuk mengatur keuangan atau finansial.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga tembaga menunjukkan reli selama dua minggu terakhir. Secara fundamental dan teknikal, laju tembaga masih bullish.

Mengutip Bloomberg, Selasa (1/7), kontrak tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada pada level US$ 7.013 per metrik ton. Harga tembaga turun tipis dibanding hari sebelumnya di US$ 7.015 per metrik ton. Meski demikian, tembaga membukukan kenaikan 4,5% dalam dua pekan terakhir. Dalam sepekan, tembaga naik 1,8%.

Ibrahim, analis komoditas dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka (EKB) menjelaskan, faktor pemicu lonjakan harga tembaga karena positifnya data PMI manufaktur China bulan Juni 2014 sebesar 51. Angka ini lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 50,8. Sebelumnya, survey HSBC menunjukkan PMI manufaktur di level 50,7. Angka di atas 50 menandakan adanya ekspansi.

"China merupakan pengguna tembaga terbesar. Positifnya data manufaktur ikut menguntungkan tembaga," ujar Ibrahim.

Faktor penopang lainnya, lanjut Ibrahim, disebabkan eskalasi ketegangan geopolitik di Ukraina yang kembali memanas. Untuk diketahui, tenggat waktu gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina telah habis. Selanjutnya, Uni Eropa mengultimatum Rusia untuk meninggalkan Ukraina dalam waktu tiga hari. Di saat yang bersamaan, Presiden Ukraina juga mengungkapkan kekhawatiran akan mencuatnya perang saudara.

Rusia dan Ukraina merupakan eksportir tembaga. Adanya konflik geopolitik ini mengakibatkan terganggunya pasokan tembaga. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh Bursa LME dan Bursa AS yang mengatakan bahwa saat ini sedang terjadi defisit tembaga.

Kenaikan harga tembaga juga diperkuat oleh kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. The Fed menegaskan akan mempertahankan suku bunga rendah dalam waktu cukup lama. "Hal ini menggerus kinerja dollar, sehingga mendukung kenaikan harga tembaga," imbuh Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×