Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Selama setahun belakangan ini harga CPO bergerak datar cenderung menguat. Sempat terjerembab ke RM 2.202 per metrik ton, yang merupakan level terendah selama beberapa tahun terakhir pada pertengahan 2013, harga CPO menjelang akhir tahun ini menguat tipis.
Di Bursa Derivatif Malaysia sampai dengan Jumat (27/12) pukul 16.32 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman Maret 2014 hanya mampu bertengger di level harga RM 2.646 per metrik ton. Harga ini hanya terangkat 0,11% jika dibandingkan dengan level harga akhir 2012.
Sedangkan, harga CPO di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) mencatat lonjakan 31,43% dalam setahun.
Ibrahim, analis komoditas senior mengatakan, selama setahun ini harga CPO mendapat banyak sentimen negatif. Di awal sampai dengan pertengahan tahun, CPO mendapatkan sentimen negatif dari melimpahnya tingkat cadangan CPO dunia. "Klasik sebenarnya, sisa produksi tiga tahun belakangan ini cenderung melimpah," katanya.
Bandul berat bagi pergerakan harga CPO lain, datang dari kondisi ekonomi global yang belum membaik dalam tiga tahun terakhir. Ibrahim bilang, lesunya pertumbuhan ekonomi global tersebut telah menggerus permintaan CPO dunia.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan, penurunan yang sempat terjadi pada harga CPO tahun ini lantaran kekhawatiran melimpahnya pasokan di pasar, akibat peningkatan produksi CPO di Malaysia dan Indonesia.
Selain itu, dua negara importir terbesar CPO, yaitu China dan India, mengalami pelambatan ekonomi pada tahun 2013. "Pelambatan ekonomi di China dan India berhasil mengerogoti permintaan CPO sehingga suplai melimpah di kedua negara tersebut," ujar Zulfirman.
Tekanan yang terakhir datang dari penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi akibat kekhawatiran pasar terhadap pengurangan stimulus moneter AS. Beruntung, pelemahan harag CPO tersebut tidak terus berlanjut. Pada semester II, keterpurukan harga CPO terhenti akibat meningkatnya permintaan CPO menjelang Ramadan.
Topangan harga CPO juga datang dari kekhawatiran pasar terhadap curah hujan tinggi di Indonesia dan Malaysia pada akhir tahun ini yang ditakutkan akan mempengaruhi tingkat produksi CPO di dua negara penghasil minyak nabati terbesar di dunia tersebut. Selain itu, melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia dan rupiah sejak pertengahan Juli 2013 membuat pasar yakin membaiknya ekspor CPO dari Malaysia dan Indonesia.
Ibrahim memperkirakan, setahun ke depan, kemungkinan besar harga CPO akan menguat. Penguatan tersebut akan dipicu oleh perbaikan kondisi ekonomi global yang mendongkrak permintaan CPO. Namun, kenaikan harga akan dibatasi oleh penguatan dollar AS yang terjadi akibat berlanjutnya proses pengurangan stimulus moneter AS.
Zulfirman menambahkan, menjelang akhir tahun harga CPO terus bergerak naik, terutama akibat badai Haiyan di Filipina pada November lalu mampu membantu meningkatkan permintaan palm oil. Untuk tahun depan, ia memperkirakan, kemungkinan besar harga CPO masih menguat.
Pergerakan harga untuk tahun depan akan dipengaruhi oleh kemampuan Indonesia dan Malaysia dalam mengendalikan suplai dan harapan ekonomi di China dan India menguat sehingga outlook permintaan dari kedua negara tersebut bisa meningkat.
Zulfirman mengatakan, kemungkinan besar harga CPO tahun depan masih akan bergerak sideways dengan pola yang sama. "Pada Februari, harga akan mulai melemah dan terjadi pembalikan pada Maret hingga April. Pada akhir tahun kemungkinan akan naik lagi karena adanya pola musim hujan," kata dia.
Ibrahim memperkirakan, sepanjang tahun 2014 nanti harga CPO akan menguat terbatas di RM 2.200-RM 2.800 per metrik ton. Sedangkan Zulfirman memproyeksikan, harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.400-RM 2.750 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News