kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Fitch: Emiten bisa mengatasi pelemahan rupiah


Selasa, 03 September 2013 / 20:21 WIB
Fitch: Emiten bisa mengatasi pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Promo Hypermart Dua Mingguan Periode 14-27 April 2022


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Rupiah melemah cukup dalam terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun ini. Rupiah telah melemah 16,09% ke Rp 11.371 per dollar AS secara year to date. Beberapa emiten pun terimbas oleh efek pelemahan rupiah ini.

Fitch Ratings Indonesia menyebutkan, ada sejumlah emiten yang paling terkena dampak pelemahan rupiah. Antara lain, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Alam Sutera Tbk (ASRI), PT Multipolar Tbk (MLPL), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Maklum, emiten-emiten tersebut memiliki pendapatan dalam rupiah, sementara sumber pendanaan mereka banyak menggunakan utang dalam mata uang dollar AS. "Meski demikian, perusahaan itu akan dapat mengatasi kerugian nilai tukar selama 12 bulan ke depan," tulis Erlin Salim, Associate Director PT Fitch Ratings Indonesia, Senin (2/9).

Sebagian besar utang GIAA, LPKR dan ASRI berdenominasi dollar AS. Namun ketiga emiten tersebut telah melakukan lindung nilai atau hedging hingga 80% dari total utangnya. Selain itu, LPKR dan ASRI memiliki margin buffer untuk mencegah efek pelemahan rupiah.

GIAA juga lebih fleksibel membebankan peningkatan biaya dan fluktuasi nilai tukar. Pun, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Berlina Tbk (BRNA) dan PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW), menurut Fitch, juga bisa membebankan pelemahan rupiah kepada konsumen. 

Menurut Erlin, kondisi MLPL lebih mengkhawatirkan. MLPL mempunyai utang valas senilai US$ 200 juta dan tidak ada hedging. Tapi untungnya, MLPL masih memiliki dana hasil penerbitan obligasi sebesar US$ 200 juta. Fitch berharap, perusahaan ini dapat mengatur eksposur utangnya dalam jangka pendek.

KIJA juga relatif aman, meski sekitar 84% utangnya dalam valas. Namun, KIJA diuntungkan karena ada pendapatan dari power plant menggunakan dollar AS. Fitch berekspektasi, hasil dari power plant cukup membayar biaya bunga jangka pendek menengah KIJA.

Sementara emiten yang diuntungkan pelemahan rupiah, menurut Fitch, adalah emiten perkebunan sawit yang memiliki pendapatan dalam dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×