Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Deflasi Jepang yang mengempis masih kuat membawa yen mengungguli euro yang terserang katalis negatif dari sikap wait and see pelaku pasar.
Mengutip Bloomberg, Senin (30/1) pukul 18.42 WIB pairing EUR/JPY merosot 0,46% di level 122,56 dibanding hari sebelumnya.
Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International menjelaskan, pelemahan yang diderita EUR/JPY disebabkan oleh posisi euro yang sedang dihimpit permasalahan ekonomi dan politik nyata di wilayahnya. Mulai dari isu Brexit, krisis perbankan di Itali, hingga ancaman terorisme di beberapa negara.
Memang data flash GDP Spanyol kuartal empat 2016 tercatat bertahan di level 0,7%. Namun imbasnya ternyata tidak terlampau besar bagi pergerakan. Apalagi pasar sedang berantisipasi sebelum pidato Mario Draghi, Gubernur ECB pada Selasa (31/1). Dengan dugaan belum adanya perubahan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu dekat, serta masih belum jelasnya rencana pengurangan pembelian obligasi di April 2017 nanti, euro masih akan dibalut tren bearish.
“Efeknya terlihat jelas, posisi euro lemah dan ini menguntungkan yen yang terdukung deflasi yang mengempis,” kata Anthonius. Memang akhir pekan lalu dilaporkan, deflasi inti Tokyo Desember 2016 membaik dari minus 0,6% menjadi minus 0,3% serta deflasi nasional dari minus 0,4% menjadi minus 0,2%.
Memandang pergerakan ke depannya, Anthonius memperkirakan potensi pelemahan EUR/JPY bisa terus berlanjut. “Yen akan tetap mampu mengungguli euro dan ini diprediksi bisa terus berlanjut setidaknya hingga akhir pekan,” duganya.
Peluang tersebut akan semakin besar potensi terjadinya jika data ekonomi Jepang seperti tingkat pengangguran dan konferensi pers Bank of Japan masih mengindikasikan belum adanya perubahan kebijakan dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News