Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelemahan rupiah di akhir pekan bisa segera terhapus. Meski masih didominasi oleh katalis eksternal, namun celah keterpurukan USD bisa beri angin segar pada pergerakan rupiah ke depannya.
Di pasar spot, Jumat (27/1) nilai tukar rupiah merosot 0,21% ke level Rp 13.360 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah menukik 0,25% di level Rp 13.359 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan, sebenarnya di akhir pekan lalu posisi rupiah terhitung stabil dan minim pergerakan. Hanya saja, pasar yang antisipasi data GDP AS kuartal empat 2016 kemarin sempat memilih aksi bargain hunting pada posisi USD yang sudah melemah signifikan. Sehingga wajar rupiah terkoreksi.
“Namun dengan kenyataan bahwa data GDP AS yang dirilis bahkan lebih buruk dari perkiraan pasar tentunya itu bisa jadi alasan rupiah melambung lagi,” tebak Rully.
Memang dilaporkan, data pertumbuhan ekonomi AS kuartal empat 2016 menukik dari 3,5% di kuartal sebelumnya menjadi 1,9%. Belum lagi pemesanan barang tahan lama AS Desember 2016 pun merosot dari 0,6% menjadi 0,5%. Ini membuat USD akan minim daya tahan.
Hal tersebut bisa memicu keunggulan rupiah walau rentangnya masih akan terbatas. Mengingat belum akan adanya rilis data ekonomi dalam negeri terbaru yang bisa membantu rupiah memperlebar jarak penguatannya atas USD.
“Hanya perlu mewaspadai tingginya permintaan USD fisik di domestik karena ini akhir bulan,” imbuh Rully. Memang biasanya jelang penutupan bulan ada permintaan USD yang tinggi untuk pemenuhan kewajiban pembayaran utang baik swasta dan pemerintah. Faktor tersebut bisa menyudutkan kekuatan rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News