Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat era suku bunga rendah datang, investor global akan berburu imbal hasil yang lebih menarik dan ini akan menguntungkan kawasan negara berkembang. Arus dana asing diperkirakan akan masuk ke dalam negeri karena mencari imbal hasil atraktif.
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan memangkas suku bunga di waktu mendatang, seiring tingkat inflasi yang rendah dan adanya kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI memperkirakan pergerakan inflasi domestik tahun ini terjaga di 3,5% karena disinflasi global serta perbaikan manajemen pasokan pangan domestik.
Baca Juga: Pasar Obligasi masih labil, BI diyakini pertahankan suku bunga acuan
Dalam setahun terakhir, di sepanjang Juli 2018-Juli 2019, perubahan inflasi di Indonesia hanya sebesar 0,16%. "Peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut tercermin dari real interest rate Indonesia yang tinggi dan yield spread anatra obligasi pemeirntah Indonesia dengan US Treasury yang masih lebar," kata Ezra Nazula Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI, Selasa (20/8).
Tren penurunan suku bunga serta kenaikan peringkat utang Indonesia yang konsisten dalam dua tahun terakhir, membuat pasar obligasi dalam negeri menjadi destinasi investasi yang menarik.
Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia menawarkan real yield yang cukup tinggi. Selain itu, potensi perlambatan ekonomi dunia, inflasi rendah, turunnya harga minyak dunia di akhir tahun 2018 membuat bank sentral dunia mengambil sikap dovish yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil obligasi dunia.
"Kondisi ini mendorong global yiled hunt," kata Ezra, Selasa (20/8).
Baca Juga: Begini dampak ancaman resesi AS terhadap rupiah dan CAD
MAMI memperkirakan hingga akhir tahun 2019, yield obligasi Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun berada di kisaran 6,5%-7% dengan asumsi rupiah di Rp 13.600 per dollar AS hinga Rp 14.500 per dollar AS. Dengan rentang yang cukup besar itu, Ezra menilai layak bagi obligasi domestik mengalami penurunan yield.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News