Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengaku belum memiliki banyak ekspansi di tahun depan. Perseroan akan lebih fokus mengembangkan blok-blok minyak dan gas yang ada saat ini.
Karena masih melakukan efisiensi, belanja modal emiten Grup Bakrie ini diproyeksi sebesar US$ 114 juta pada tahun depan. Belanja modal ini turun sekitar 10% dibandingkan realisasi belanja modal tahun ini.
Direktur Utama ENRG Imam P. Agustino mengatakan, capital expenditure itu akan lebih banyak digunakan untuk mendorong produksi perseroan. Saat ini, ada beberapa lapangan migas perseroan yang sudah mature sehingga produksi ENRG juga diproyeksi turun.
ENRG menargetkan total produksi minyak dan gas di tahun depan hanya sebesar 40.000 barel minyak ekuivalen per hari (boepd). Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan total produksi Januari-September 2016 sebanyak 42.300 boepd.
"Ada penurunan produksi termasuk di blok Malacca," ujarnya. Saat ini, ENRG mengelola empat aset yang memberikan kontribusi terhadap perseroan. Selain Malacca, ENRG juga mengelola migas di blok Bentu, ONWJ, dan Kangean.
Dari cadangan yang ada, ENRG akan lebih banyak memproduksi gas. "Sehingga, pendapatan dari gas kemungkinan akan lebih besar dibandingkan dari minyak," ujar Investor Relations ENRG Herwin W Hidayat. Dari total pendapatan perseroan per September 2016 sebesar US$ 391 juta, gas memberikan kontribusi mencapai US$ 296 juta.
Imam menambahkan, saat ini ENRG juga masih berminat untuk mengelola blok Offshore North West Java (ONWJ), menyusul habisnya masa kontrak hak kelola perseroan atas blok tersebut di 2017. ENRG masih menunggu kepastian dari pemerintah. Sebelumnya, Kementerian ESDM memiliki wacana untuk mengalihkan 100% hak kelola ONWJ ke PT Pertamina.
Selain itu, ENRG juga masih melakukan finalisasi kesepakatan divestasi hak partisipasi di Blok Buzi, Mozambik, Afrika. Perseroan akan melepas 50% hak partisipasi dari kepemilikan perseroan di blok tersebut yang sebesar 75%. "Ini tujuannya untuk mengurangi risiko. Saat ini masih dalam pembicaraan," imbuhnya.
Saat ini, ENRG menguasai 75% hak partisipasi blok Buzi. Sedangkan sisanya 25% dimiliki oleh Pemerintah Mozambik dan Empressa Nacional de Hidrocarbonetos (ENH).
Refinancing Utang
Tahun depan, ENRG juga akan mencari pendanaan untuk membayar kembali utang perseroan. Imam menjelaskan, perseroan akan mencari pendanaan perbankan untuk merefinancing utangnya.
Nilai utang yang akan dibayar kembali pada tahun depan sekitar US$ 60 juta hingga US$ 100 juta. Saat ini, ENRG memiliki total liabilitas sebesar US$ 1,2 miliar, termasuk pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar US$ 80,7 juta.
Wiliam Suryawijaya, Analis Indosurya Securities mengatakan, emiten minyak dan gas seperti ENRG masih punya peluang tumbuh di tahun depan karena adanya perbaikan harga minyak. Meski harga gas lebih murah dibandingkan minyak, upaya ENRG untuk lebih banyak mendorong pendapatan dari gas masih dinilai akan positif.
"Kebutuhan gas di masa yang akan datang akan lebih bagus," ujarnya. Menurutnya, ENRG akan memiliki fundamental lebih menarik jika bisa mengembalikan kepercayaan pasar dan mengurangi liabilitasnya. Ia masih merekomendasikan hold untuk saham ENRG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News