kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.424   -67,79   -0,90%
  • KOMPAS100 1.148   -11,00   -0,95%
  • LQ45 908   -12,48   -1,36%
  • ISSI 226   -0,20   -0,09%
  • IDX30 468   -7,19   -1,52%
  • IDXHIDIV20 565   -8,01   -1,40%
  • IDX80 132   -1,10   -0,83%
  • IDXV30 140   -0,55   -0,39%
  • IDXQ30 156   -2,13   -1,34%

Enam Perusahaan Mengincar Menara BTEL


Kamis, 04 Desember 2008 / 08:16 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Didi Rhoseno Ardi

JAKARTA. Hingga kini, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) belum menjatuhkan pilihan kepada siapa mereka akan menjual 543 menara miliknya. Yang pasti, perusahaan operator telekomunikasi milik Grup Bakrie itu tidak akan melego asetnya tersebut kepada perusahaan sejenis. "Selama ini berita itu tidak benar," kata Anindya N. Bakrie, Direktur Utama Bakrie Telecom, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, emiten yang mengusung merek Esia itu akan menjual menara tersebut ke perusahaan non-telekomunikasi atau perusahaan yang memang khusus berbisnis menara telekomunikasi. Sebab, kalau dijual ke perusahaan telekomunikasi akan menimbulkan konflik kepentingan. "Yang saya tahu adalah perusahaan yang bergerak di bisnis tower," ujar Anin, panggilan akrab Anindya.

Saat ini, sudah ada lima hingga enam perusahaan yang pasang kuda-kuda untuk mengikuti proses tender pembelian menara BTEL. Sebagian besar peminatnya adalah perusahaan lokal. Namun, Anin tidak bersedia mengungkapkan identitas para kandidat tersebut.

Seperti Anda ketahui, BTEL berencana menjual 543 menara telekomunikasi. Perinciannya, sebanyak 123 menara di lahan terbuka atau greenfield dengan taksiran nilai minimal Rp 115,62 miliar dan 420 menara di atas bangunan atau rooftop senilai minimal Rp 264,6 miliar. Berarti, perusahaan bisa meraup duit minimal Rp 380,22 miliar. Untuk ini, BTEL akan meminta restu pemegang saham pada RUPSLB 16 Desember nanti.

Penjualan menara itu dilakukan lantaran BTEL adalah operator telekomunikasi dan bukan penyedia menara. "Ini bukan bisnis inti," tegasnya.

Di sisi lain, BTEL butuh dana untuk pengembangan usahanya. Duit hasil penjualan menara itu untuk menutupi kebutuhan belanja modal selama tiga tahun hingga 2010 nanti. Nilainya mencapai US$ 600 juta.

Nah, separuh dari anggaran belanja modal itu dari dana hasil penerbitan saham baru atau rights issue BTEL pada kuartal satu 2008. Sumber lainnya dari kas internal dan pembiayaan pemasok atau vendor financing. Anin bilang, kemungkinan, anggaran belanja modal itu akan naik seiring pesatnya pertumbuhan pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×