Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pemerintah resmi membuka lelang dua kanal 3G terakhir pada frekuensi 2,1 Gigahertz (GHz), Kamis (3/1) pekan lalu. Lima operator penyedia layanan 3G yakni Telkomsel, XL Axiata, Axis Telekom Indonesia, Indosat dan Hutchison CP Telecommunications (Tri) menjadi peserta lelang yang memperebutkan peluang tersebut.
Para operator telekomunikasi memang telah menunggu lelang kanal 3G senilai Rp 320 miliar sejak dua tahun lalu. Jika berhasil menguasai sisa kanal, pemenang tender bakal menjadi pemilik kanal terbanyak. Dari 10 kanal yang tersedia, lima operator penyedia 3G memiliki masing-masing dua kanal.
Tambahan kanal frekuensi 3G menggiurkan bagi operator. Maklum, lonjakan penggunaan data terus meningkat tiap tahun. Hal ini, tak lepas dari naiknya penggunaan ponsel cerdas (smartphone). Data Frost & Sullivan menyebut dari penjualan 40,3 juta ponsel di 2012, sekitar 15, 3 juta unit merupakan smartphone yang memiliki layanan 3G.
Jumlah tersebut melonjak dari 2011 yang hanya mencapai 7,2 juta unit. Sayangnya, lonjakan penggunaan tidak diimbangi kapasitas yang tersedia. Itulah alasan tender kanal frekuensi 3G sangat diminati.
Analis Ciptadana Sekuritas, Triwira Juniarta bilang, tambahan kanal 3G jelas akan menguntungkan perusahaan pemenang. Jika kapasitas bertambah, peluang meningkatkan jumlah pelanggan terbuka lebar.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), misalnya, menargetkan tambahan pelanggan dari 45 juta pelanggan menjadi 66 juta pelanggan jika berhasil menguasai dua kanal tersebut. Meski demikian, keluarnya hasil tender tidak akan banyak mengubah peta persaingan bisnis di industri ini. Sebab, meski memiliki kapasitas lebih besar, pemenang tender belum tentu menjadi pemimpin pasar.
Kata Triwira, para pesaing yang kalah dalam tender tentu tidak akan tinggal diam. "Sebagai gantinya, para kompetitor akan memperbanyak BTS (base transceiver station) guna memperluas jangkauan dan kapasitas," kata dia. Sayang, Triwira belum bisa menghitung potensi keuntungan perusahaan yang memenangi tender frekuensi 3G.
Persaingan data
Head of Research Bahana Securities, Harry Su, mengatakan, persaingan operator telekomunikasi mengarah pada layanan data. Sementara layanan SMS dan suara akan terus mengecil. Harry mencontohkan, TLKM sebagai salah satu emiten yang cukup agresif meningkatkan kualitas layanan data dan internet. Perusahaan bahkan telah mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk mengganti jaringan kabel tembaganya dengan fiber optik. Akibatnya, pendapatan dan laba bersih TLKM diprediksi akan meningkat tajam di tahun ini.
Analis Sucorinvest Central Gani, Arief Budiman menambahkan, persaingan operator ke depan tidak lagi mengarah pada perang tarif melainkan kualitas layanan data. Namun, karena bisnis operator di Indonesia sudah masuk pada tahap mature, maka pertumbuhan bisnis akan cenderung melambat.
Karena itu pula, Arief menghitung pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perusahaan operator hanya tumbuh tipis. TLKM, misalnya, hanya diprediksi mampu membukukan laba bersih Rp 13,3 dibanding tahun 2012 senilai Rp 13 triliun. Dengan proyeksi tersebut, laba bersih TLKM hanya mampu naik sebesar 2,3% year-on-year.
PT Indosat Tbk (ISAT) juga sangat diuntungkan jika mampu memenangi tender kanal 3G. Alasannya, emiten yang 65% sahamnya dikuasai Qatar Telcom ini telah memperoleh izin reframing frekuensi 900 MHz untuk upgrade kanal 3G.
Nah, jika nantinya ISAT bisa memenangkan tender 3G, perusahaan ini bakal memiliki kapasitas yang sangat besar untuk bersaing di layanan bisnis data. "Jika ISAT tidak dapat frekuensi tidak masalah. Mereka masih bisa bersaing karena bisa memanfaatkan frekuensi miliknya," papar Triwira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News