kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten sawit masih ditopang permintaan pasar


Jumat, 05 Oktober 2018 / 07:15 WIB
Emiten sawit masih ditopang permintaan pasar
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minyak sawit kembali dihadang kampanye negatif. Eropa mengkaji pemberlakuan Indirect Land Use Change (ILUC) untuk penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit. Ini disinyalir akan memangkas ekspor biodiesel dari Indonesia.

Meski begitu, analis menilai, sentimen itu tidak akan berdampak signifikan pada saham emiten kebun. Analis Indo Premier Sekuritas, Mino menyebut, porsi ekspor biodiesel masih kecil.

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mencatat, dari total produksi 3,41 juta kiloliter, hanya 187.340 kiloliter yang diekspor. "Jadi ekspor cuma 7%, lebih banyak untuk konsumsi domestik" papar Mino, Kamis (4/10).

Menurut dia, kinerja emiten perkebunan saat ini tertekan lebih karena harga minyak sawit (CPO) cenderung turun. "Namun, sedikit tertolong karena volume produksi meningkat untuk beberapa emiten," jelas Mino.

Mengacu laporan keuangan semester I-2018, rata-rata kinerja emiten kebun loyo. Pendapatan London Sumatra Indonesia (LSIP) turun 28,54% dan laba terpangkas 47%.

Pendapatan Astra Agro Lestari (AALI) naik 5,6%. Tapi, penurunan harga CPO memicu laba turun 24,90%. Laba Tunas Baru Lampung (TBLA) juga merosot 30,34%.

Hanya, kinerja Eagle High Plantation (BWPT) yang membaik. Emiten ini meraih laba Rp 2 miliar dari sebelumnya merugi Rp 128 miliar.

Meski begitu, Mino masih melihat prospek perbaikan emiten kebun. Pertimbangannya, moratorium penanaman baru dalam jangka panjang akan mengurangi risiko oversupply, sehingga bisa berdampak positif ke harga.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji juga menyebut, permintaan CPO domestik akan naik terutama karena B20. "Permintaan naik, emiten juga pasti menggenjot produksi," kata dia. Selain itu, harga CPO juga sudah konsolidasi dan diharapkan bisa kembali uptrend.

Nafan menjagokan BWPT, AALI dan LSIP. Dia mematok target harga masing-masing jangka panjang di Rp 280, Rp 15.000 dan Rp 1.510.

Mino memasang target harga akhir tahun AALI Rp 16.000, LSIP Rp 1.250, BWPT Rp 246 dan TBLA Rp 1.080.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×