kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten ramai-ramai bidik proyek listrik


Selasa, 14 Juni 2016 / 09:03 WIB
Emiten ramai-ramai bidik proyek listrik


Reporter: Andy Dwijayanto, Dina Mirayanti Hutauruk, Eldo Christoffel Rafael, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejumlah emiten bersaing untuk mendapatkan proyek pembangkit listrik. Masih sulitnya pasar komoditas memicu emiten mendiversifikasi bisnis di proyek pembangkit listrik. Salah satu emiten yang jor-joran mencari proyek pembangkit adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Setelah merampungkan kesepakatan pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang 2x1.000 mega watt (MW), ADRO mengincar PLTGU Jawa I berkapasitas 1.600 MW. ADRO akan membentuk konsorsium dengan PT Sembawang Corp.

Catatan KONTAN, beberapa emiten yang bakal ikut tender PLTGU Jawa 1 adalah PT Rukun Rahardja Tbk (RAJA) dengan konsorsium Mitsubishi Corporation dan PT Pembangkitan Jawa Bali. Lalu PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui Medco Power Indonesia, dan PT Barito Pasific Tbk (BRPT).

Emiten yang juga bakal masuk ke bisnis pembangkit listrik adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). Anak Astra Grup ini bersiap mengerjakan proyek pembangkit listrik di Jepara, Jawa Tengah bersama dua mitra, Sumitomo Corporation dan Kansai Elektric Power Co Inc.

Akhir tahun lalu, UNTR mendirikan PT Unitra Persada Energia (UPE) dalam upaya mencari peluang di sektor energi. UNTR dan dua mitranya akan mengembangkan dan memperluas proyek pembangkit listrik Tanjung Jati B Unit 5 dan Unit 6 di Jepara, Jawa Tengah, dengan total kapasitas 2x1.000 MW.

Nilai investasi proyek mencapai US$ 4 miliar. UNTR memiliki 25% saham, Sumitomo 50% dan Kansai 25%. Sara K Lubis, Sekretaris Perusahaan UNTR, mengatakan, finansial closing PLTU bisa rampung tahun ini meski mundur dari rencana semula bulan Juli menjadi Agustus.

"Saat ini masih dalam proses melengkapi dokumen," kata Sara, Senin (13/6).

Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro sebelumnya mengatakan, sekitar 80% pendanaan proyek atau US$ 3,2 miliar sudah diamankan dari pendanaan bank. Sebesar 20% atau US$ 800 juta didanai dari ekuitas. Dengan porsi 25%, UNTR perlu menyuntik US$ 200 juta ke proyek ini.

Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama mengatakan, proyek pembangkit listrik akan menjadi ladang keuntungan bagi emiten. Program listrik 35.000 MW membuat emiten berburu proyek bisa mendorong margin laba jangka panjang.

Yang perlu diperhatikan, modal untuk proyek-proyek ini cukup besar. Kebanyakan emiten akan mengandalkan dana pinjaman perbankan. Emiten bermodal kecil harus memperhatikan kesanggupan pendanaan. Biasanya emiten menggunakan project financing di pembangkit listrik. Tapi, ada juga yang merilis obligasi untuk pendanaan.

Menurut Christian, emiten yang sudah mumpuni di sektor energi ataupun pertambangan akan lebih mudah mendapatkan proyek listrik karena sudah memiliki sumber daya yang memadai.

"Dari sisi bisnis, sangat prospektif di jangka panjang. Jika pendanaan bisa diraih untuk jangka panjang, maka risikonya akan lebih kecil," imbuhnya.

William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities menambahkan, bisnis pembangkit listrik akan menguntungkan dalam jangka panjang. "Tapi jangan sampai emiten memaksakan diri dalam satu proyek dan berutang besar," ujarnya.

Menurut William, margin laba yang bisa diraup dari proyek listrik cukup besar. William menyukai saham ADRO dan MEDC yang sudah matang di proyek listrik. Sedangkan Christian menyukai saham PTBA, ADRO, ITMG, dan RAJA. Menurutnya, emiten-emiten tersebut memiliki fundamental dan rekam jejak yang mumpuni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×