Reporter: Narita Indrastiti, Veri Nurhansyah Tragistina, Agustinus Beo Da Costa, Avanty Nurdiana |
JAKARTA. Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah nasib yang tengah dihadapi emiten perkebunan. Selain harga jual produk minyak kelapa sawit (CPO) melempem, mereka juga harus berhadapan dengan biaya ekspansi penanaman sawit yang mahal lantaran harga bibit dan upah minimum pekerja naik.
Beberapa emiten perkebunan kini mulai menurunkan target penanamannya di tahun ini. PT BW Plantations Tbk (BWPT) tahun ini hanya menargetkan penanaman baru sawit hanya seluas 4.000 hektare (ha). Padahal, biasanya, mereka menanam hingga 10.000 ha per tahun.
Sekretaris Perusahaan BWPT Kelik Irwantono mengatakan, tahun ini, biaya tanam sawit mencapai Rp 100 juta per ha. Padahal, tahun lalu, cuma Rp 45 juta-Rp 50 juta per ha. "Biaya naik seiring kenaikan upah minimum dan harga bibit," tutur Kelik
PT Gozco Plantation Tbk (GZCO) malah sudah merasakan kenaikan biaya tanam sejak tahun 2012. Tjandra Gazali, Direktur Utama PT Gozco Plantation Tbk (GZCO) menuturkan, tahun lalu, mereka mematok biaya tanam Rp 55 juta per ha. Namun realisasinya membengkak menjadi Rp 75 juta. Harga bibit yang naik menjadi biang keladinya. "Tahun ini, akan naik lagi," tutur Tjandra tanpa menyebut besarannya, kemarin.
Kenaikan biaya ini pula yang membuat Gozco pun menurunkan target penanaman sawitnya. Dari target penaman seluas 4.000 ha di tahun lalu, yang terwujud terwujud 2.500 ha saja. Tahun ini, GZCO menurunkan lagi targetnya menjadi 2.000 ha.
Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) juga mengakui, biaya tanam tahun ini naik. Tahun lalu, biaya tanam SGRO sekitar Rp 50 juta per ha. Tahun ini, proyeksi biayanya sekitar Rp 55 juta sampai Rp 60 juta per ha.
Gara-gara itu pula, SGRO menurunkan target penanaman lahan baru kelapa sawit di tahun lalu dari 10.000 ha menjadi 5.000 ha. Namun, tahun ini SGRO optimistis dengan target 10.000 ha lagi.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan, biaya penanaman lahan baru kelapa sawit bervariasi, tergantung lokasi, kondisi lahan serta sarana transportasi.
Tahun lalu, Derom memperoleh informasi, ongkos tanam berkisar Rp 50 juta-Rp 55 juta per ha. Dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), bibitdan upah kerja, ongkosnya akan makin tinggi. "Di Sumatera bisa naik 20%-30%. DiKalimantan dan lokasi yang jauh di pedalaman, bisa lebih tinggi," tuturnya.
Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter bilang, tahun ini, emiten sawit tersandera beban biaya ekspansi. Namun, kinerja emiten sawit akan terdorong dari peningkatan harga sawit dan permintaan dari China yang meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News