Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Belakangan emiten yang ikut andil di sektor pangan dihantui isu ketatnya regulasi. Meski demikian, emiten-emiten tersebut masih menorehkan kinerja yang baik. Prospek emiten tersebut ke depannya bergantung seberapa jauh kontrol yang diterapkan pemerintah.
Pengawasan bisinis untuk emiten yang bergerak di sektor pangan makin ketat. Beragam regulasi muncul, mulai dari penetapan harga eceran tertinggi (HET) untuk gula, minyak dan daging, hingga penghentian impor jagung yang berimbas pada harga pakan ternak.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, regulasi tersebut memang menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar. Namun, ia meyakini perusahaan yang bergerak di sektor pangan telah melakukan konsolidasi dengan stake holder.
“Peraturan itu sebaiknya dimatangkan kembali, karena kalau HET ditetapkan tentu akan menurunkan produktivitas emiten,” ujarnya, Rabu (2/8).
Namun, sejauh ini, Nafan melihat kinerja emiten sektor pangan masih belum terpengaruh. Nafan mencontohkan, emiten poultry PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) masih mencatat pertumbuhan penjualan 30% pada kuartal II 2017.
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja menyebut, pengaruh yang dirasakan emiten akan bergantung pada seberapa ketat regulasi tersebut dijalankan. “Kita harap pemerintah bisa berada di dua sisi yang adil, dari sisi konsumen dan dari sisi produsen juga. Harusnya setelah ada regulasi, baru ini akan berpengaruh,” paparnya.
Isu Ketatnya Regulasi Pangan Belum Pengaruhi Kinerja Emiten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News