kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten lapis kedua bisa jadi pilihan


Kamis, 13 Juli 2017 / 13:59 WIB
Emiten lapis kedua bisa jadi pilihan


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Pasar saham domestik kembali ke jalur mendaki. Di tengah tren kenaikan harga saham blue chip yang sudah tinggi, investor bisa melirik saham second liner. Dengan kondisi ekonomi makro yang membaik, saham second liner juga ketiban sentimen positif.

Analis MNC Securites Yosua Zisokhi mengatakan sejumlah saham second liner masih menarik dikoleksi. Cuma, investor harus cermat. Pasalnya, menurut hitungan Yosua, secara rata-rata harga saham emiten second liner sudah naik lumayan. "Valuasinya rata-rata tinggi, karena itu kenaikan terbatas. Untuk itu harus selektif," tutur Yosua. 

Yosua menyatakan, ada sejumlah saham lapis kedua yang layak dicermati. Dua di antaranya adalah saham Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan Bank Permata (BNLI). JPFA menarik lantaran prospek ekonomi Indonesia membaik setelah proyek infrastruktur digenjot. "Kalau sudah jadi, akan meningkatkan ekonomi kita. Sehingga konsumsi pakan ternak akan lebih baik," terang Yosua kepada KONTAN, Rabu (12/7).

Saham BNLI juga menarik karena saat ini dinilai sudah cukup murah dengan price to book value (PBV) sebesar 1 kali. Angka ini dinilai lebih kecil dibandingkan PBV bank lain yang bisa mencapai 1,5 kali–2 kali. "BNLI lebih murah dan prospeknya cukup cerah," kata Yosua. 

BNLI berupaya memperbaiki non performing loan (NPL). "Bank-bank blue chip sudah mengalami kenaikan dan harganya sudah dekat dengan harga valuasi. Sehingga return-nya mengecil," ujar Yosua. 

Dengan harga saat ini, dia merekomendasikan buy BNLI dan JPFA, dengan target masing-masing Rp 850 dan Rp 1.800. 

MNC Securities juga mencermati beberapa saham second liner yang cocok untuk trading. Misalnya emiten yang bergerak di sektor komoditas, karena memiliki fluktuasi tinggi. Hanya saja, pelaku pasar perlu cermat lantaran saham komoditas bisa terkena sentimen dari luar negeri. "Tapi fluktuasinya bisa dimanfaatkan trader," kata Yosua. 

Untuk trading, dari sektor crude palm oil (CPO) disarankan Eagle High Plantation (BWPT) dan Tunas Baru Lampung (TBLA). Sementara untuk tambang, ada Elnusa (ELSA), dan Adaro Energy (ADRO). 

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan, investor bisa memilih saham second liner dengan memperhatikan faktor teknikal maupun fundamental perusahaan. "Diharapkan bisa mendongkrak kinerja sahamnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang," ujar Nafan. 

Dia merekomendasikan buy DOID, MNCN, WTON, ANTM, TOTL, SSIA, BJTM, PWON dan ELSA. Secara teknikal, DOID punya target maksimal Rp 960 per saham, MNCN Rp 1.970, WTON Rp 655, ANTM Rp 930, TOTL Rp 850, SSIA Rp 730, BJTM Rp 750, PWON Rp 750 dan ELSA Rp 450 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×