kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Emiten konglomerasi sektor properti dan konsumer jadi jagoan analis


Selasa, 20 Maret 2018 / 01:10 WIB
Emiten konglomerasi sektor properti dan konsumer jadi jagoan analis


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun politik ini, analis melihat emiten konglomerasi yang bergerak di sektor barang konsumsi dan properti punya prospek bagus.

Sejumlah emiten konglomerasi telah merilis kinerja keuangan tahun 2017. Grup Astra misalnya, mencatat pertumbuhan laba yang cukup ciamik. Rata-rata enam emiten anak usaha Astra mencatat kenaikan laba 53,02% year on year (yoy) di 2017.

Untuk tahun 2018, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali memprediksikan grup konglomerasi Sinarmas dan Salim lah yang punya prospek bagus. Pasalnya , portofolio dua grup tersebut di Indonesia terkait dengan sektor barang konsumsi dan properti high end. “Kedua industri ini dalam masa recovery,” tutur Frederik, Senin (19/3).

Untuk Astra sendiri, Frederik bilang akan bergantung pada permintaan otomotif. Sejauh ini, Frederik melihat adanya perubahan di sektor otomotif, terutama roda empat. Ada banyak pemain baru serta ada perubahan kebiasaan konsumen. Permintaan otomotif menurutnya lebih tergantung pada ekspnsi bisnis.

“Kalau di tahun ini konsumsi baru mulai pulih, ekspansi bisa saja tidak bersamaan dengan pemulihan tersebut,” tambah Frederik.

Tak jauh beda, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee bilang, jelang tahun politik seharusnya bisnis sektor barang konsumsi dan properti bisa membaik. Hans juga percaya bahwa permintaan otomotif juga masih akan aman. Karena itu, ia merekomendasikan investor untuk melirik saham-saham di grup Astra dan Salim.

Frederik menambahkan, sebelum investor memilih untuk masuk ke saham emiten konglomerasi, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan. Pertama, seberapa rutin emiten tersebut membagikan dividen. Kedua, pahami pula cara berbisnisnya.

“Perhatikan bagaimana perusahaan di bawah konglomerasi bisa bersinergi satu sama lain,” ujar Frederik. Lalu, menurutnya pencapaian manajemen juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, seberapa besar serapan tenaga kerja dan seberapa jauh konglomerasi tersebut bisa melatih sumber daya manusia dalam negeri untuk lebih kompetitif.

Terakhir, perhatikan intensitas aksi korporasi yang dilakukan oleh anggota konglomerasi. Terutama aksi korporasi terkait merger dan akuisisi.

Melihat masing-masing saham anggota konglomerasi saat ini, Frederik merekomendasikan investor untuk beli saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Hal ini mengingat price to earning ratio (PER) masing-masing saham emiten tersebut.

Catatan Frederik, ASII saat ini ditransaksikan pada PER 15,9 kali. PER ini di bawah rata-rata P/E band selama 5 tahun yakni 17 kali. Sementara itu, BSDE ditransaksikan di PER 6,92 kali, juga berada di bawah P/E band band dengan standar deviasi -1 untuk 5 tahun ke belakang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×