kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Emiten kertas masih ciamik


Senin, 14 Agustus 2017 / 10:50 WIB
Emiten kertas masih ciamik


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Harga bubur kertas (pulp) tengah menanjak. Mengutip data IBISWorld, harga pulp kayu diperkirakan masih akan naik sekitar 5,1% per tahun hingga 2019 mendatang. Kenaikan harga pulp disebabkan pasokan yang tak bisa mengikuti peningkatan permintaan. Sentimen ini pun bakal memengaruhi prospek emiten pulp dan kertas.

Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, menyatakan, kenaikan harga ini bisa dinikmati emiten pulp dan kertas jika permintaan kertas meningkat. "Untuk itu, produsen kertas biasanya akan berupaya mengatur produksi," katanya. Menjaga suplai jadi strategi untuk menjaga harga pulp tetap tinggi. 

Menurut Reza, kenaikan harga pulp bisa mendongkrak penjualan bubur kertas. Emiten yang bakal menikmati untung paling besar adalah produsen dengan skala usaha serta pangsa pasar besar. Misalnya, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).

Apalagi, INKP juga memiliki beragam olahan kertas sehingga punya nilai tambah pada produknya. Cuma untuk tahun ini, INKP belum akan menambah kapasitas produksi. Tapi, mereka sedang merampungkan pembangunan pabrik di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, yang bisa meningkatkan pendapatannya dalam jangka panjang.

Sementara PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) justru tengah mencari tambahan modal kerja untuk meningkatkan kapasitas produksi kertas mereka.

Penuh tantangan 

Meski begitu, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, bilang, kenaikan harga pulp bisa membebani ongkos produksi kertas. Selain itu, ia menilai, industri ini terbebani oleh tren paper less.  Perkembangan teknologi juga membuat penggunaan kertas berkurang. "Sehingga bisnis ini mulai redup," ujarnya.

Memang, William Surya Wijaya, Vice President of Research Indosurya Mandiri Sekuritas, mengatakan, industri pulp dan kertas di tanah air masih penuh tantangan. Terlebih, beberapa saham di sektor ini kurang likuid. 

Tapi, menurut Reza, peralihan penggunaan kertas telah diantisipasi produsen dengan mengalihkan produk ke segmen lain. Sebab, kebutuhan kertas terutama di industri kreatif masih besar.

Hans menambahkan, perusahaan dengan pangsa pasar besar, seperti, Asia Pulp and Paper (APP) yang merupakan holding dari INKP, dan PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), lebih prospektif. Kinerja kedua saham ini juga lebih baik dibanding emiten kertas lain.

Reza memberi rekomendasi overweight untuk saham INKP, dengan target harga Rp 4.700 per saham. Lalu, ia merekomendasikan hold saham PT Fajar Surya Wasesa Tbk (FASW) yang pasang target harga Rp 4.900 dan neutral untuk saham KBRI.

Tapi, Reza merekomendasikan buy saham TKIM, dengan target harga Rp 1.400. Saham ini tengah didorong aktivitas harga yang meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×