kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten Grup Bakrie terlempar dari indeks LQ45


Rabu, 06 Agustus 2014 / 04:34 WIB
Emiten Grup Bakrie terlempar dari indeks LQ45
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,43% ke level 6.839,45 pada perdagangan Kamis (23/2).


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Pamor emiten Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia mulai pudar. Satu per satu saham Grup Bakrie terpental dari kelompok LQ45, indeks paling likuid di BEI.

Setelah Bumi Resources (BUMI) hengkang dari LQ45 pada awal tahun lalu, kini giliran saham Visi Media Asia (VIVA) yang tereliminasi dari LQ45. Dengan hengkangnya VIVA, tak ada lagi wakil Grup Bakrie yang masuk jajaran indeks terencer itu.

VIVA tak dapat mempertahankan posisinya di LQ45 lantaran likuiditasnya terus menyusut mulai kuartal kedua. Lihat saja, kapitalisasi pasar VIVA merosot dari awal tahun sebesar Rp 5,5 triliun menjadi Rp 4,4 triliun. Bahkan, saham VIVA sempat menyentuh level terendah sepanjang tahun pada 21 Juli di Rp 203 per saham. Secara year to date (ytd), VIVA hanya memberikan return tipis 0,3%. Padahal, laba dan pendapatannya di semester I 2014 naik masing-masing 46,5% dan 133% menjadi Rp 1,05 triliun dan Rp 74,12 miliar.

Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities menilai, rontoknya saham VIVA lantaran kepercayaan investor memudar terhadap saham Grup Bakrie. Jika dibandingkan emiten media lainnya, VIVA termasuk gemar berutang. Debt to equity ratio (DER) VIVA kini telah mencapai 1,29 kali.

Saham BUMI yang sebelumnya bertahan di LQ45 pun meredup. Kinerja saham ini sudah minus 50,2% (ytd). Ibnu Anjar Widodo, analis Henan Putihrai bilang, tarik ulur penyelesaian utang BUMI membuat risiko berinvestasi di saham ini makin besar. Padahal secara fundamental, beberapa saham Grup Bakrie masih berprospek menarik.

Sayangnya, menurut Ibnu, Grup Bakrie tak memiliki tata kelola perusahaan yang mumpuni. "Ini membuat saham Bakrie selalu diidentikkan dengan prospek negatif," kata dia, Selasa (5/8).

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities bilang, sentimen negatif itu membuat investor mengurangi aktivitasnya di saham Grup Bakrie. Bagaimana sebenarnya prospek saham Grup Bakrie ke depan? Reza menilai, VIVA salah satu saham yang punya prospek fundamental menarik. Tapi VIVA terhantam penurunan kepercayaan pasar akibat pilpres. Persaingan pasar media pun makin ketat.

Ibnu menilai saham Bakrie yang masih bagus adalah Energi Mega Persada (ENRG). Ini karena bisnis migas yang dilakoni ENRG masih bakal tumbuh secara industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×