kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten farmasi butuh suplemen


Jumat, 06 November 2015 / 09:10 WIB
Emiten farmasi butuh suplemen


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Emiten farmasi tampak masih mengalami tekanan di kuartal III-2015. Sebanyak tujuh emiten tampak mencatat pertumbuhan dan tiga emiten mencetak penurunan kinerja. Laba PT Merck Tbk (MERK) misalnya, melorot 14,71% dari Rp 142,46 miliar menjadi Rp 121,5 miliar.

Keuntungan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) turun 9,59% dari Rp 130,31 miliar menjadi Rp 117,81 miliar. Lalu, laba PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) naik tipis 0,67% dari Rp 1,48 triliun menjadi Rp 1,49 triliun. Pendapatan Kalbe Farmahanya tumbuh 2,9% ke Rp 13,12 triliun.

"Kinerja hingga triwulan ketiga masih menunjukkan dampak kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif, terutama pelemahan daya beli dan nilai tukar rupiah yang berfluktuasi," kata Vidjongtius,

Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan KLBF. Buruknya kinerja mendorong KLBF merevisi target kinerja. Semula, KLBF menargetkan pertumbuhan pendapatan 11%. Lalu target turun menjadi sekitar 7%-9%.

Kini, perseroan hanya mematok target pertumbuhan 2%-3% sampai akhir tahun. Vidjongtius memperkirakan penurunan laba bersih perusahaan sekitar 3%-4% tahun ini.

Analis Mandiri Sekuritas Vanessa Ariati Tanuwijaya dalam riset menyebutkan bahwa laba bersih KLBF di kuartal ketiga hanya memenuhi 69% prediksi tahun ini. Vanessa melihat, pendapatan KLBF melambat.

Pada periode tahun 2008 sampai 2014, compound annual growth rate (CAGR) emiten ini tercatat 14%. Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai, sebagian besar bahan baku emiten farmasi merupakan impor.

Maka ketika nilai tukar rupiah bergejolak, emiten farmasi dirugikan. Tapi, Kiswoyo melihat, daya beli tak menekan kinerja emiten farmasi. "Karena kalau sakit, orang tetap akan membeli obat," kata dia.

Pada penghujung tahun ini ia memperkirakan kinerja emiten farmasi bisa membaik, jika kurs rupiah menguat. Menurut dia, nilai tukar rupiah bisa tutup di rentang Rp 12.500 sampai Rp 13.500 pada akhir tahun.

Kiswoyo menyukai KLBF dan TSPC karena produk yang beragam. Ia menyarankan buy on weakness KLBF dengan target Rp 1.600 dan beli TSPC dengan target Rp 2.000 per saham.

Sedangkan karena perlambatan kinerja di kuartal ketiga, Vanessa berencana meninjau ulang valuasi saham KLBF. Menurutnya, saham KLBF kini diperdagangkan dengan price earning ratio 2016 sebesar 27,7 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×