Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bisnis batubara mulai menggeliat di paruh kedua tahun ini. Harga batubara mulai pulih dan bertahan di atas level US$ 90 per metrik ton. Sejak awal tahun, harga batubara sudah melambung 104,81%. Hal ini membuat sejumlah emiten batubara optimistis bisa meraup kinerja lebih baik.
Emiten mulai ekspansif mendorong target penjualan. Misalnya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berharap bisa mencetak kenaikan produksi dan penjualan batubara sebesar 20%–30% di tahun depan.
Sekretaris Perusahaan PTBA Adib Ubaidillah mengatakan, PTBA memiliki sumber daya batubara 8,27 miliar ton dan total cadangan 3,33 miliar ton. Dengan indeks harga batubara yang mulai membaik, sejak semester kedua PTBA mulai mengekspor batubara dengan nilai kalori lebih tinggi, di level 4.800 hingga 5.000 kilo kalori per kilogram (Kcal/kg).
"Dengan kondisi indeks sekarang, PTBA berpeluang mengamankan cadangan batubara kalori tinggi," ujar Adib kepada KONTAN, Rabu (19/10). Hingga kuartal III-2016, PTBA memproduksi 15,3 juta ton, atau naik 7% dibanding periode sama tahun lalu.
Sekitar 50% komposisi penjualan adalah untuk kebutuhan lokal dan sisanya ekspor. PTBA tetap hati-hati menetapkan strategi bisnisnya. Adib bilang, harga batubara yang membaik bukan berarti emiten langsung menggenjot produksi sebanyak-banyaknya.
Tapi untuk ekspansi dan menambah jumlah cadangan, PTBA berniat mengakuisisi beberapa tambang baru. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) juga berekspansi. ADRO baru saja menuntaskan akuisisi 75% saham IndoMet Coal senilai US$ 120 juta.
Sementara UNTR baru saja mengakuisisi tambang batubara di Kalimantan Tengah senilai US$ 45,73 juta. Lama tak terdengar, PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) juga memulai kembali kegiatan operasional tambang batubara sejak 13 Oktober. Kegiatan itu baru dimulai dengan skala kecil.
"Operasi penuh dimulai pada November nanti setelah semua peralatan datang di lokasi tambang," ujar Jones Manulang, Direktur GTBO, dalam penjelasannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.
GTBO sempat menghentikan operasional tambangnya dalam tempo lama. Dalam jangka panjang setelah dua hingga tiga tahun, GTBO mengkaji akuisisi tambang batubara baru. Perseroan juga berencana mengakuisisi tambang emas di Sudan.
"Saat ini eksplorasi sedang berlangsung oleh pihak ketiga yang ditunjuk untuk akuisisi," kata Jones.
Proses due diligence sedang berlangsung. Sementara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengklaim harga batubara akan mendongkrak kinerja operasionalnya. Meski masih sibuk restrukturisasi utang, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava berharap, perseroan menjual 85 juta ton batubara tahun ini, naik 7,2% dibandingkan tahun lalu.
Analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo menilai, meski harga batubara mulai pulih, emiten tetap lebih hati-hati berekspansi. Menurut dia, emiten komoditas yang menarik adalah yang memiliki cadangan batubara besar dan bisnisnya terdiversifikasi, seperti PTBA dan ADRO.
Lucky juga merekomendasikan ITMG. Menurut dia, ketiga saham ini masih solid dan harga sahamnya di atas kinerja sektor pertambangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News