kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Emiten Batubara Cari Pasar & Sumber Cuan Baru, Cek Rekomendasi Sahamnya


Rabu, 28 Agustus 2024 / 11:56 WIB
Emiten Batubara Cari Pasar & Sumber Cuan Baru, Cek Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. para analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten batubara di masa depan diselimuti sejumlah tantangan. Merujuk Reuters (21/8), China dikabarkan memangkas jumlah izin pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru hingga hampir 80%.

China merupakan pembangun PLTU terbesar di dunia, sehingga langkah ini bisa menekan permintaan batubara dalam jangka panjang. Senior Vice President Project Management Office PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Setiadi Wicaksono menyoroti pembatasan penggunaan batubara di negara maju.

Namun situasi ini tak lantas membuat prospek batubara langsung redup. Setiadi meyakini outlook permintaan batubara masih menarik, setidaknya dalam jangka menengah lima tahun ke depan.

Kondisi ini akan merangsang perusahaan batubara untuk menyasar pasar ekspor yang lebih beragam. Setiadi mengatakan, PTBA sudah mencium peluang dari negara berkembang di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan.

"Beberapa potensi ada di negara seperti India, Bangladesh, Pakistan yang menjadi pasar menarik, karena dari sisi demand masih cukup tinggi," terang Setiadi dalam paparan publik, Selasa (27/8).

Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.594,9 di Pagi Ini (28/8), Sektor Keuangan Melemah Paling Dalam

PTBA juga telah membuka pasar ekspor baru pada kuartal II-2024 ke negara Bangladesh (240.000 ton), Filipina (120.000 ton) dan Jepang (20.000 ton). Meski getol memperluas pasar ekspor, tapi penjualan batubara PTBA masih dominan ke pasar dalam negeri dengan porsi 58% pada semester I-2024. 

Sementara itu, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Febriati Nadira optimistis prospek batubara masih kokoh. Penopangnya adalah aktivitas pembangunan yang masih ramai di negara Asia.

Namun untuk menjaga keberlanjutan usaha, ADRO mengurangi ketergantungan terhadap batubara termal dengan menggenjot diversifikasi pendapatan.

"Adaro berupaya mengembangkan dan mendiversifikasi bisnis untuk meningkatkan kontribusi dari bidang non-batubara termal dengan berperan aktif dalam proyek mineral dan energi terbarukan," kata Nadira.

Produsen batubara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), punya strategi serupa. Direktur & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan pihaknya juga melakukan diversifikasi pasar dan ingin mempercepat aliran pendapatan dari segmen non-batubara.

"Kami percaya adopsi strategi dengan lanskap pasar yang terus berkembang akan meningkatkan ketahanan dan memastikan kinerja berkelanjutan," ujar Dileep.

Secara bersamaan, BUMI akan terus memantau dampak dan perkembangan regulasi yang berpotensi memengaruhi prospek pasar batubara. Terutama dari negara dengan tingkat produksi dan permintaan besar seperti China, India, Australia dan Indonesia.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham TPIA, AMRT, CPIN dan ACES dari RHB Sekuritas Hari Ini (28/8)

Dileep mengamati peningkatan produksi batubara dalam negeri di India dan China untuk memenuhi permintaan dari kenaikan kapasitas. Permintaan juga datang dari proyek hilirisasi batubara yang didukung oleh pemerintah melalui insentif. Hilirisasi berjalan secara pararel menambah kapasitas pembangkit energi terbarukan.

Sementara itu, tingkat produksi batubara di Indonesia terus melonjak, dan ditargetkan mencapai lebih dari 900 juta ton pada tahun ini. Dengan jumlah sebesar itu, maka batubara Indonesia pun masih tergantung dengan pasar ekspor. 

Dileep mengingatkan, tingkat produksi akan turut memengaruhi pergerakan harga batubara. "Karena surplus saat ini dan stok yang nyaman di China dan India, permintaan berkurang. Ketidakseimbangan permintaan-pasokan dapat memengaruhi pasar," ujar Dileep.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi mengamati transisi dunia untuk beralih ke energi terbarukan masih perlu waktu. Dus, Wafi memprediksi batubara masih punya ruang setidaknya hingga 10 tahun ke depan.

Toh, posisi harga batubara yang saat ini berkisar di level US$ 140 per ton masih berada terbilang tinggi dan menguntungkan. Adapun, trading economics mencatat harga batubara pada Selasa (27/8) naik 0,34% ke posisi US$ 145,70 per ton.

Analyst Stocknow.id Dinda Resty Angira turut melihat rencana China untuk mengurangi pembangunan PLTU baru tidak akan langsung berdampak signifikan. Sebab, PLTU yang sudah beroperasi masih membutuhkan batubara dalam jumlah besar.

PLTU yang sedang dalam tahap pembangunan pun akan memerlukan pasokan batubara, sehingga permintaan akan cenderung stabil dalam beberapa tahun ke depan. Namun secara jangka panjang, pengetatan regulasi di sejumlah negara memang perlu menjadi perhatian para emiten batubara untuk menggenjot diversifikasi.

"Perlu mencari pasar baru atau mengembangkan strategi bisnis yang lebih berkelanjutan. Peningkatan efisiensi operasional, beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, atau bahkan berinvestasi dalam teknologi baru yang dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan lanskap energi global," terang Dinda.

Di sisi lain, Dinda mengingatkan potensi koreksi harga batubara masih terbuka, seiring ketidakpastian global yang masih membayangi. Tapi bagi investor jangka pendek, volatilitas harga ini dapat menjadi peluang untuk trading.

Saran dia, selektif memilih saham batubara yang secara valuasi masih menarik, serta fokus pada diversifikasi pendapatan dan pengembangan pasar. Dinda menyematkan rekomendasi buy ADRO dengan target harga di Rp 3.650 - Rp 3.770 dan PTBA untuk target Rp 2.910.

 

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas sepakat, tetap perlu mencermati potensi koreksi harga batubara yang akan memengaruhi harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP). Sukarno melihat tren harga batubara masih cenderung bergerak sideways setelah sempat menyentuh area resistance US$ 147 per ton.

Sukarno menyarankan untuk memilih saham yang pergerakan harganya masih belum naik terlalu tinggi. Sukarno merekomendasikan trading buy atau hold saham ADRO, PTBA, PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). 

Sementara itu, Wafi menyoroti produksi emiten batubara yang sempat terganjal oleh tertundanya persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). Dus, pada semester II -2024 ini kinerja produksi emiten batubara berpotensi membaik.

Sebagai rekomendasi, Wafi juga menyarankan strategi trading jangka pendek untuk saham emiten terkait batubara. Wafi menjagokan saham ADRO dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai saham BUMI, ADRO, dan PTBA layak dikoleksi. Untuk saham BUMI cermati support di level harga Rp 76 dan resistance Rp 100, support - resistance ADRO ada di Rp 3.150 - Rp 3.700, dan support PTBA ada di Rp 2.620 dan resistance di Rp 2.880.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×