Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Investor saham domestik optimistis menapaki tahun 2015. Di awal perdagangan saham tahun ini, Jumat (2/1) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 0,3% menjadi 5.242,77.
Para pemodal mulai menyiapkan daftar belanja saham di sepanjang tahun ini. Saham papan atas, dengan fundamental kokoh, tampaknya masih akan menjadi pilihan. Berkaca pada kinerja 2014, saham sektor perbankan, industri dasar dan barang konsumsi berpotensi masuk radar belanja para investor.
Salah satu pilihannya adalah mengoleksi saham perbankan. "Masih banyak saham perbankan dengan PER rendah," ujar David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital, kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Saham Bank Negara Indonesia (BBNI), misalnya, mencatatkan price to earning ratio (PER) sekitar 11 kali. Kemudian Bank Mandiri (BMRI) dengan PER 12 kali atau Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan PER sekitar 12 kali.
Dengan PER di bawah 15 kali, saham bank masih menarik tahun ini. Apalagi, secara fundamental pertumbuhan bisnis bank terbilang baik.
Di tengah berbagai tekanan seperti kenaikan suku bunga, emiten perbankan mencetak kinerja cukup positif tahun lalu. Di kuartal III-2014, laba bersih BBRI naik 19% menjadi Rp 18 triliun dengan laba berish per saham Rp 735,99.
"Jika target pertumbuhan ekonomi 5,2%, maka kredit perbankan setidaknya bisa tumbuh 15,6% di tahun ini," ujar Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang.
Agar tak 'membeli kucing dalam karung', investor perlu menelisik fundamental emiten. Meski dari sisi PER terbilang mahal, jika fundamentalnya kuat, saham jenis ini masih berpeluang menanjak. Misalnya saham Unilever Indonesia (UNVR). "Meski PER lebih dari 45 kali, setiap tahun UNVR mampu mencetak pertumbuhan laba," ungkap Edwin.
Tahun ini juga menjadi peluang bagi emiten infrastruktur seperti Jasa Marga (JSMR), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). Sektor infrastruktur terdongkrak program pemerintah yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur.
Sektor properti juga bisa masuk daftar belanja tahun ini. Emiten seperti Lippo Karawaci (LPKR), Siloam International Hospitals (SILO) dan Ciputra Development (CTRA) masih mencetak pertumbuhan, meski ada tekanan dari kenaikan suku bunga dan aturan loan to value. Tahun ini, emiten properti mendapat peluang dari kemungkinan penurunan suku bunga.
Akhirnya, semua berpulang pada keputusan pemilik modal. Selamat berburu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News