Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Mega Development Tbk (EMDE) mencari dana untuk membiayai dua proyek. Proyek tersebut adalah Tower Urbana Karawaci alias Fulham (kondotel) dan Cimandala City.
Untuk masing-masing proyek, EMDE mengincar utang Rp 100 miliar dan Rp 150 miliar. Adapun, total nilai investasi kedua proyek itu masing-masing Rp 200 miliar dan Rp 180 miliar.
Direktur Utama EMDE Lora Melani Lowas Barak Rimba memperkirakan, EMDE akan menarik pinjaman itu tahun depan. Namun, ia mengaku, perusahaannya belum meraih komitmen pinjaman dengan bank mana pun untuk kedua proyek tersebut.
Sebelumnya, EMDE telah mendapat pinjaman pinjaman dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Fasilitas pinjaman tersebut sekitar Rp 410 miliar. Dana tersebut untuk mendanai sejumlah proyek properti.
Sampai akhir tahun ini, EMDE telah menarik dana Rp 160 miliar. "Ini untuk membiayai proyek kami di Cinere, yaitu Bellevue Suites," ujar dia kepada KONTAN belum lama ini. Total nilai proyek yang semula bernama Puri Cinere itu Rp 450 miliar.
Pinjaman tersebut terbagi menjadi dua tenor. Pertama senilai Rp 100 miliar dengan tenor tiga tahun. Kedua sebesar Rp 60 miliar dengan masa jatuh tempo selama enam tahun. Bunga yang dibebankan sebesar 11,5%.
Sebelumnya, ketiga proyek tersebut lama tak berjalan. Padahal, Puri Cinere dan Cimandala masuk dalam daftar proyek yang menggunakan dana initial public offering (IPO) untuk pengembangan proyek.
Prospektus IPO EMDE beberapa waktu lalu sebenarnya sudah menjelaskan, Megapolitan mengalokasikan 36% untuk mendanai proyek Puri Cinere, Depok, melalui anak usaha EMDE, yaitu PT Mega Pesanggrahan Indah (MPI). Kemudian, sekitar 24% dana IPO untuk mengembangkan Cimandala City, 15% membangun perumahan di Tatya Asri, Sentul, sebesar 5% membangun ruko di Tatya Asri, dan 4% untuk membangun Club House di Tatya Asri. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 8% untuk guna modal kerja.
Perubahan porsi dana IPO
Lantaran proyek masih belum berjalan, manajemen EMDE lantas mengajukan perubahan penggunaan dana IPO pada Desember 2011. Manajemen EMDE juga menambah daftar penggunaan dana IPO, yaitu untuk melunasi utang sebanyak 35% dari total dana IPO atau sekitar Rp 72,76 miliar. Manajemen juga memasukkan pembiayaan proyek Urbana Karawaci sebesar 6,75% dari total hasil IPO.
Emiten yang baru bergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Januari 2011 telah meraup dana sekitar Rp 207,91 miliar. Kala itu, EMDE melepas 850 juta saham dengan harga Rp 250 per saham.
Akibat perubahan alokasi dana IPO tersebut, nilai peruntukan proyek ikut berubah. Dana untuk mengembangkan proyek Puri Cinere menjadi 24,75% dan proyek Cimandala City jadi 13,5%.
Selanjutnya, dana untuk proyek perumahan Tatya Asri menjadi 10%, ruko Tatya Asri menjadi 4%, Club House Tatya Asri menjadi 2%, dan modal kerja 4%.
Lora sendiri mengakui, perubahan alokasi tersebut mendapat restu RUPSLB sebab proyek belum ada yang jalan. "Ketimbang dana idle (menganggur), ya, kita bayar utang saja," tutur dia. Utang itu merupakan utang terhadap Bank ICBC dengan kisaran bunga 11,5%-12%.
Namun, saat ini manajemen EMDE mengaku, konstruksi kedua proyek sudah dilakukan sejak awal 2011. Lora bilang, mereka mendesain ulang proyek tersebut. Bahkan menurut dia, EMDE sudah mendapatkan marketing sales sebesar 35%-40% dari Puri Cinere. Sedangkan dari Cimandala 20%.
Harga EMDE, Selasa (26/12), turun 0,83% ke Rp 120.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News