Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus berlanjut. Apalagi, badai El Nino diprediksi bakal menghantam negara-negara di kawasan Asia dan Amerika Latin.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3) harga CPO kontrak pengiriman Mei 2016 di Malaysia Derivative Exchange terangkat tipis 0,15% ke level RM 2.505 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya. Namun, harga ini sudah tergerus 1,49% sepekan terakhir.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, negara-negara yang terkena badai El Nino merupakan produsen utama CPO untuk seluruh pasokan global. Alhasil pasokan CPO dunia diperkirakan bakal menipis.
Pernyataan ini juga didukung pedagang komoditas terbesar di Singapura, Olam International Ltd, yang menyebutkan, persediaan CPO akan terus menyusut. Bahkan pada kuartal II-2016, persediaan hanya di rentang 1,5 juta sampai 2 juta metrik ton.
“Semakin produksi mengering, maka harga semakin naik,” kata Wahyu. Hasil laporan Malaysia Palm Oil Board yang akan diumumkan pada pertengahan bulan Maret 2016, diperkirakan produksi masih akan mengempis. “Sementara permintaan masih terjaga di level tinggi,” ujar Wahyu.
Mengutip Bloomberg, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India B.V. Mehta menyebutkan, impor CPO global masih akan melonjak sebesar 2,5 juta metrik ton hingga November 2016 mendatang.
“Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah rendahnya harga jual minyak kedelai,” tutur Wahyu.
Sebagai gambaran, dalam tiga hari terakhir di pekan lalu, harga minyak kedelai malah turun ke level terendah sejak 7 Januari 2016 silam. Tak ayal ini dapat memicu para pelaku pasar berpaling ke minyak kedelai yang lebih rendah dibandingkan CPO.
Meski demikian Wahyu memprediksi, kans penguatan masih besar terjadi di awal pekan ini. “Data tenaga kerja AS cukup positif, meski tidak memuaskan, paling tidak ini bisa menahan laju apresiasi ringgit,” tebaknya.
Jika ringgit Malaysia takluk di hadapan USD, maka CPO akan kembali melenggang unggul.
Hati-hati ringit
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menambahkan, faktor lain yang mendukung harga CPO adalah kembali menanjaknya harga minyak West Texas Intermediate (WTI).
Sebagai salah satu turunannya, hal ini berimbas positif pada pergerakan CPO. “Tarik menarik kebutuhan biodiesel Indonesia, potensi penurunan produksi, dan terjaganya permintaan akan menjaga level harga,” jelas Deddy.
Berkaca dari analisa ini, ia menduga, pada akhir kuartal II-2016, harga CPO bergulir dalam rentang RM 2.500 – RM 2.680 per metrik ton. Wahyu optimistis, seburuk-buruknya pergerakan harga tahun ini, CPO bisa bertahan di level RM 2.500 per metrik ton.
“Meski ada ruang kenaikan harga hingga 20% di tahun 2016 berdasarkan permintaan yang tinggi dan produksi yang kering,” jelasnya. Selain harga minyak kedelai, hambatan lain yang patut diwaspadai adalah posisi ringgit Malaysia.
“Mengingat tekanan pada kecilnya peluang kenaikan suku bunga The Fed, laju USD masih akan terus lesu dan ini bisa negatif bagi CPO yang diperdagangkan dengan ringgit,” kata Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News