kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekspor seret, laju bisnis ban MASA tertahan


Kamis, 12 September 2013 / 07:00 WIB
ILUSTRASI. Net buy asing di pasar modal Indonesia terus meningkat


Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Bisnis PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) di semester I-2013 lesu. Penjualan produsen ban ini turun 0,94% year on year (yoy) menjadi US$ 172,84 juta. Beruntung, MASA mampu mendulang laba bersih US$ 1,82 juta, dibandingkan periode sama tahun 2012 yang masih rugi US$ 1,30 juta.

Analis Danareksa Sekuritas Joko Sogie menilai, kinerja MASA masih di bawah harapannya. "Di bawah ekspektasi, terutama karena kenaikan operational expense yang disebabkan tingginya incentives and bonus expenses," terang Joko, Rabu (11/9).

Dalam catatan Joko, penjualan MASA memang masih sesuai ekspektasi. Tetapi perolehan laba bersih MASA di semester I 2013 hanya 24% dari proyeksi laba bersih MASA selama setahun.

Dari sisi margin, MASA juga tampak kedodoran. Margin kotor MASA di tengah tahun ini hanya 14,39%, turun dari semester I-2012 yang segede 14,47%. Ini akibat potongan harga yang diberikan MASA kepada pihak distributor, akibat penurunan harga karet.

Penjualan MASA turun karena ekspor ban melorot. Total penjualan ekspor MASA di medio tahun ini turun 5,4% yoy menjadi US$ 120,9 juta. Kinerja ekspor per kuartal perusahaan ini juga cenderung stagnan, hanya tumbuh 0,9% quarter on quarter.

Sebenarnya, penurunan ekspor ini sudah masuk ekspektasi Joko, karena permintaan ban dari Timur Tengah dan Afrika tengah melesu. Ketegangan di kawasan Timur Tengah menyebabkan distributor ban asal Indonesia kesulitan memasok produk ke wilayah tersebut.

Menurut catatan Joko, penurunan ekspor terbesar MASA berasal dari Timur tengah sebesar 36% menjadi US$ 16 juta. Penurunan terbesar kedua berasal dari Afrika yang turun 20,3% menjadi US$ 22 juta. Beruntung ekspor ke Eropa masih naik 25,5% menjadi US$ 17 juta.

Analis BNI Securities Thendra Crisnanda menilai, keputusan MASA untuk fokus menggarap pasar ekspor akan menguntungkan saat kurs rupiah melemah seperti sekarang. Tapi, di sisi lain, MASA kesulitan untuk melakukan penetrasi pasar di dalam negeri. Padahal, ada kesempatan emas dari program mobil murah dan hemat energi alias low cost green car (LCGC).

Program ini seharusnya menjadi sentimen positif bagi MASA. Saat ini saja sudah sekitar 30.000 unit mobil LCGC dipesan calon pembeli.

Joko menambahkan, katalis positif MASA ke depan adalah membaiknya pasar otomotif global. Dengan fokus menggarap pasar ekspor, MASA akan memetik keuntungan. Dua tahun iniĀ  Joko menilai, MASA lebih mengandalkan pasar dalam negeri, karena permintaan global lesu.

Joko menargetkan, tahun ini penjualan MASA mencapai US$ 328 juta, atau naik sekitar 2,18% dari tahun 2012. Sedangkan, laba bersih MASA diperkirakan bisa mencapai US$ 10 juta, dibandingkan tahun 2012 yang sebesar US$ 284.700.

Joko merekomendasikan hold saham MASA dengan target harga Rp 380 per saham. Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri juga menyarankan hold saham MASA dengan target harga Rp 400.

Adapun, Fadli, analis Net Sekuritas merekomendasikan sell saham MASA dengan target Rp 200 per saham. Kemarin, harga MASA turun 1,30% ke Rp 380 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×