Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Peningkatan ekspor timah dari Indonesia gagal mengangkat harga logam industri ini. Isu ekonomi China mendominasi pasar, sehingga harga timah jeblok.
Mengutip Bloomberg, Kamis (7/1), timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tumbang 2,5% ke posisi US$ 13.800 per metrik ton. Ini harga termurah sejak tahun 2009 silam.
Kementerian Perdagangan merilis, ekspor timah Indonesia bulan Desember 2015 meroket 120% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 5.804,95 metrik ton. Indonesia tercatat sebagai eksportir timah terbesar sejagat.
Namun, lonjakan ekspor itu belum mampu mengangkat harga. Menurut Pengamat Komoditas SoeGee Futures Ibrahim, pelaku pasar melihat kenaikan ekspor bersifat sementara.
"Secara siklus, produsen cenderung menggenjot ekspor jelang akhir tahun guna memperbaiki kinerja," ujarnya.
Memang, secara total jumlah ekspor timah Indonesia tahun 2015 turun 7,59% menjadi 70.155 metrik ton. Harga timah juga sulit bangkit, karena pasar sedang digempur sentimen negatif.
Perlambatan ekonomi China menjegal laju harga komoditas. Permintaan logam industri dari China akan menyusut, karena ekonomi lesu.
Bank Dunia kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2016 menjadi 6,7%, dari proyeksi sebelumnya 6,9%. Padahal pertumbuhan ekonomi global justru direvisi naik menjadi 2,9%, dari sebelumnya 2,4%.
"Proyeksi terbaru itu menyebabkan pelaku pasar pesimistis terhadap ekonomi China tahun 2016," papar Ibrahim.
Apalagi, harga komoditas kompak mengekor kejatuhan harga minyak mentah. Menurut Ibrahim, harga komoditas masih menghadapi tantangan, seiring rencana Amerika Serikat mengerek suku bunga.
Indikator teknikal juga mengarah pada penurunan harga. Prediksi Ibrahim, hingga pekan depan, timah bergerak di US$ 13.500-US$ 13.900 per MT. Jumat (8/1), harga timah di rentang US$ 13.620-US$ 13.900 per MT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













