Reporter: Narita Indrastiti, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Emiten yang bernaung pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) getol berekspansi di bisnis tambang batubara. Ekspansi ini bukan untuk menjadi sumber pemasukan. Tapi untuk menjadi sumber energi yang lebih murah.
Salah satunya adalah PT Timah Tbk (TINS) yang berencana memperbesar porsi saham di Konsensi Pertambangan (KP) batubara di Sumatera Selatan (Sumsel). Kepemilikan saham TINS di KP Sumsel akan bertambah dari 10% menjadi 80%. Perseroan ini menyiapkan dana Rp 200 miliar untuk aksi korporasi itu.
Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, dana itu berasal dari belanja modal TINS tahun ini Rp 1,3 triliun. TINS akan mencaplok sebagian besar KP akhir kuartal III-2014. Batubara KP tersebut berkadar kalori 5.000 kcal per kg.
Nantinya, TINS menggunakan batubara itu sebagai bahan baku untuk memproduksi gas sebagai bahan bakar. TINS memang tengah mengupayakan efisiensi khususnya dengan mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan beralih ke gas yang lebih hemat biaya. "Akuisisi ini diharapkan dapat memberikan efisiensi energi untuk TINS," ujar dia, pekan lalu.
Agung bilang, TINS juga membuka peluang mencari pinjaman dalam negeri untuk ekspansi anorganik seperti akuisisi. Sayangnya, Agung belum membeberkan berapa dana yang dibutuhkan dari pinjaman tersebut. "Saat ini kami masih memiliki standby loan yang dapat digunakan untuk ekspansi," kata dia.
Di bidang batubara, TINS memastikan hanya akan fokus untuk menggarap konsensi di Sumsel. Sementara TINS akan menghentikan sementara rencana akuisisi tambang batubara di Kalimantan Timur (Kaltim). "Karena konsesi yang di Kaltim belum sesuai standar yang kami harapkan," ujar dia. Sebelumnya, TINS berencana mengakuisisi 60% konsesi saham di Kaltim yang sudah selesai eksplorasi.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga membuka opsi untuk mengakuisisi tambang batubara lagi. Saat ini, Antam memang baru memiliki satu tambang batubara di Sarolangun, Jambi yang baru akuisisi pada Januari 2011 Rp 92,5 miliar.
Kontribusi minim
Tambang Sarolangun memiliki cadangan batubara 8,25 juta ton. Dari sisi kualitas, batubara tambang Sarolangun memiliki kalori rata-rata sekitar 5.300 hingga 5.500 kilo kalori per kilogram (kkal/kg).
Sayangnya, Tedy Badrujaman, Direktur Operasi Antam enggan membeberkan lebih detail mengenai kualifikasi tambang yang sedang diincar perusahaan maupun target waktu untuk mengakuisisi. "Kalau ada yang menarik pasti kami akan ambil," ujar dia.
Tedy bilang, ANTM akan terus mengembangkan bisnis batubara untuk menutupi kebutuhan bahan bakar internal maupun dijual ke pihak eksternal. Per tahun, Antam membutuhkan 200.000-240.000 ton batubara per tahun untuk kebutuhan bahan bakar di beberapa proyek. "Ini bisa naik dua kali lipat jika proyek Pomalaa maupun Halmahera Timur sudah beroperasi," terang Tedy.
Di sisi lain, Antam memang belum terlalu berharap banyak meraih kontribusi signifikan dari bisnis batubara. Di semester I 2014, Antam hanya meraih kontribusi Rp 73 miliar dari hasil penjualan 261.254 ton batubara yang dilakukan anak usahanya, PT Indonesia Coal Resourcs (ICR). Pada tahun ini, ANTM juga menurunkan target produksi batubara 2014 lantaran harga jual yang masih buruk dan beberapa faktor lainnya.
Tedy mengatakan, awalnya, perusahaan membidik target produksi batubara sebanyak 1 juta ton di tahun ini. "Sampai semester I masih rendah, produksi sampai akhir tahun diprediksi mungkin sekitar 700.000 ton," kata Tedy, belum lama ini.
Berdasarkan laporan kuartalan Antam yang dirilis belum lama ini, produksi batubara sepanjang semester I 2014 memang baru mencapai 214.356 ton. Jumlah tersebut naik 10,04% dari 194.793 ton secara yoy. Tedy bilang, masih rendahnya produksi batubara disebabkan oleh harga jual batubara yang belum pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News