Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Belum lama ini, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memperoleh dana segar senilai US$ 150 juta dari penerbitan obligasi berkupon 7%. LPKR merilis obligasi lewat anak usahanya, Theta Capital Pte Ltd. LPKR akan menggunakan obligasi bertenor 8 tahun itu untuk mendanai belanja modal.
Pada tahun ini, LPKR menetapkan belanja modal US$ 550 juta. Dari jumlah itu, 55%-nya dianggarkan untuk pengembangan proyek properti. Sedangkan sisanya dialokasikan untuk pengembangan bisnis layanan kesehatan.
Analis menilai positif rencana penggunaan dana hasil penerbitan obligasi global LPKR. Analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda menilai, LPKR selama ini memiliki performa usaha yang baik.
Terlebih, rata-rata proyek LPKR memiliki margin laba hingga 25%. Meski di kuartal I-2014, margin laba bersih LPKR hanya 16,86%. "Dari segi margin masih oke, masih bisa menutup bunga obligasi," ujar Thendra.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengatakan, nilai obligasi tersebut tidak akan memberatkan LPKR. Meskipun, rasio utang terhadap modal (DER) LPKR cukup tinggi yakni sebesar 1,09 kali.
Hanya saja, Thendra mengingatkan, hampir 90% utang LPKR berbentuk dollar AS. Alhasil, fluktuasi nilai tukar sangat mempengaruhi kinerja emiten saham properti ini.
Kendati begitu, analis optimistis kinerja LPKR pada tahun ini masih tumbuh. Thendra melihat, LPKR memiliki ceruk pasar khusus, yakni kalangan menengah atas, plus ekspansi yang cukup agresif.
Analis Danareksa Sekuritas, Anindya Saraswati dalam risetnya, 29 April 2014, menyatakan, bisnis kesehatan LPKR berjalan baik. Lewat pengoperasian sekitar 20 rumahsakit di tahun ini, Anindya memprediksi, bisnis kesehatan bisa menyumbang pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun, atau naik 32%. Ia menghitung, bisnis rumahsakit akan berkontribusi 39% terhadap total pendapatan LPKR di tahun ini.
Hingga tiga bulan pertama tahun 2014, marketing sales LPKR tercatat hanya bernilai Rp 901 miliar, setara 13% dari target setahun. Menurut Anindya, pencapaian yang rendah itu tidak perlu dirisaukan, lantaran sebagian besar proyek baru LPKR akan diluncurkan di semester kedua 2014.
Sebagai tambahan informasi, di kuartal I-2014, pendapatan berulang atau recurring income menyumbang 53% terhadap total pendapatan LPKR. Kata Thendra, pendapatan berulang menyebabkan LPKR cukup defensif.
Maklum, emiten properti dihadapkan pada sejumlah tantangan, semisal soal pengetatan uang muka kredit properti. "LPKR bisa mengandalkan pendapatan berulang dari mal, rumahsakit, penyewaan kantor, dan hotel," kata Thendra.
Thendra menghitung, pendapatan LPKR tahun ini bisa meningkat 30,78% jadi Rp 8,71 triliun. Sedangkan laba bersih LPKR diprediksi naik 14% menjadi Rp 1,19 triliun.
Hitungan Anindya, pendapatan LPKR tahun ini mencapai Rp 8,5 triliun dengan laba bersih Rp 1,37 triliun. Dia merekomendasikan buy saham LPKR dengan target harga Rp 1.200 per saham.
Steven dan Thendra pun menyarankan buy saham LPKR dengan target harga masing-masing Rp 1.400 dan Rp 1.225. Kemarin, harga LPKR turun 0,94% ke Rp 1.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News