kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi AKRA bisa menurunkan kinerja


Selasa, 05 Februari 2013 / 06:04 WIB
Ekspansi AKRA bisa menurunkan kinerja
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan melalui ATM Drive Thru BRI di Tengerang Selatan,


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Industri pertambangan yang masih lesu berimbas pada emiten distributor BBM dan kimia dasar, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Emiten ini kemudian mencoba diversifikasi ke bisnis properti dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan.

Rencananya proyek di Gresik akan selesai tahun 2015. Nilai investasinya Rp 9 triliun. AKRA saat ini masih dalam proses membebaskan lahan seluas 2.150 hektare (ha).

Kepala Riset Bahana Securities, Harry Su, mengatakan, bisnis kawasan industri sangat menarik. Namun, dampak ke pendapatan AKRA baru akan terasa di tahun 2015. Dia justru melihat, dalam jangka pendek, proyek tersebut akan menggerus laba bersih AKRA.

Menurut Harry, sebagian pendapatan akan dialokasikan untuk pendanaan proyek itu. Hitungan dia, pendapatan AKRA tahun ini bisa naik 12,3% menjadi Rp 24,6 triliun dari Rp 21,9 triliun di 2012. Namun, laba bersih hanya naik 11,7% dari Rp 657 miliar menjadi Rp 734 miliar. "Laba tergerus kebutuhan ekspansi perusahaan," ujar Harry.

Harry memperkirakan, volume distribusi BBM AKRA masih tumbuh 10% di tahun ini. Namun, jumlah itu jauh dari prediksi Bahana maupun konsensus pasar. Akibatnya, proyeksi pendapatan AKRA menurun dari target Harry sebelumnya sebesar Rp 22,34 triliun di 2012 dan Rp 25,3 triliun di 2013.

Analis Kim Eng Securities, Adi Wicaksono, menuliskan dalam risetnya, AKRA membutuhkan katalis baru untuk meningkatkan pendapatan. Proyek kawasan industri memang bisa menjadi katalis positif jika sudah beroperasi.

Namun dalam jangka pendek yang bisa dilakukan AKRA adalah menambah 80 stasiun penampung BBM di tahun ini. Sebab ada kuota distribusi BBM sebanyak 600.000 kiloliter (kl).

Proyeksi Adi, laba bersih AKRA masih akan naik di tahun ini sebesar 10% menjadi Rp 856 miliar dari proyeksi Rp 771 miliar di 2012. Dia juga menilai, obligasi AKRA senilai Rp 1,5 triliun yang terbit akhir tahun lalu akan menaikkan beban bunga AKRA dari Rp 54 miliar menjadi Rp 186 miliar.

Analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto, justru memperhitungkan pendapatan dan laba bersih AKRA sesuai dengan estimasi manajemen. Budi menghitung, pendapatan dan laba bersih 2012 masing-masing sebesar Rp 22,1 triliun dan Rp 649 miliar.

Tahun ini, pendapatan dan laba bersih AKRA akan naik 19,4% dan 20,4% menjadi Rp 26,4 triliun dan Rp 782 miliar. "Konsumsi BBM non subsidi akan naik. Ini akan mendukung bisnis utama AKRA di bidang penyaluran BBM non subsidi," tutur Budi.

Menurut Harry, harga saham AKRA tergolong mahal. Saat ini saham AKRA diperdagangkan dengan PER 20,7 kali. Itu tidak diimbangi dengan rata-rata pertumbuhan laba bersih sebesar 5%.

Padahal, saham sektor konsumer diperdagangkan di PER rata-rata 20 kali, menawarkan pertumbuhan laba dua digit. Karena itu, Harry rekomendasi jual dengan target menjadi Rp 3.000.

Sementara, Adi merekomendasikan hold saham AKRA dengan target harga Rp 3.800 mencerminkan PER 19 kali. Adapun Budi menyarankan beli dengan target harga Rp 4.600 mencerminkan PER 19,9 kali. Senin (4/2), harga saham AKRA naik 1,29% ke Rp 3.925 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×