Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Bisnis para produsen ban seperti PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) berpotensi terancam perlambatan ekonomi global. Jika tahun lalu, MASA gencar meningkatkan kapasitas produksi, di tahun ini, MASA akan lebih berhati-hati dan konservatif dalam berekspansi.
Sepanjang 2012, MASA telah meningkatkan kapasitas produksi ban mobil penumpang (PCR) dari 17.500 unit ban per hari menjadi 28.500 unit per hari. Kapasitas produksi ban sepeda motor (MC) juga meningkat dua kali lipat, menjadi 16.000 unit per hari dari 8.000 unit per hari.
Tahun ini, manajemen MASA memprediksikan, volume produksi tak jauh berbeda dari tahun lalu. Sebab, permintaan global belum pulih. Sejatinya, tingkat utilisasi pabrik MASA masih longgar. Saat ini, pabrik ban MASA baru memproduksi ban sebanyak 75% dari kapasitas pabrik 10 juta unit per tahun.
Tak hanya itu, MASA juga menunda membangun pabrik pengolahan karet tahun ini. Ini karena, penjualan ban ke Eropa cenderung turun. MASA sebetulnya telah mengalokasikan dana US$ 40 juta untuk pabrik tersebut.
Tak cuma itu. MASA juga akan menanam karet di kebun seluas 1.200 hektar di Kalimantan. Budidaya akan dimulai tahun depan dan produksi pada lima tahun ke depan.
Joko Sogie, analis Danareksa Sekuritas pun menilai, penundaan ekspansi pabrik tidak akan mempengaruhi kinerja operasional MASA.
Sebab, timpal analis Ciptadana Securities, Mitchel Jauwanto, melambatnya permintaan ekspor ban sudah terlihat sejak tahun lalu. "Tahun ini permintaan global diperkirakan akan meningkat, namun sangat tipis. Makanya, penundaan ekspansi cukup tepat," jelas dia, Kamis (14/3).
Menurut Mitchel, MASA dapat menunda ekspansi sembari mendorong promosi produk. Dia yakin, dua tahun ke depan, produksi MASA meningkat menjadi 35.000 unit per hari. "Ekspansi yang terlalu cepat justru tidak efisien," jelas dia.
MASA tergolong perusahaan yang sehat. Mitchel yakin, pendapatan MASA di 2012 bisa sebesar Rp 3,2 triliun dan tahun ini akan naik 10%-15%. Dia memprediksi, permintaan ban domestik masih bertumbuh, sehingga MASA bisa fokus memasarkan produknya di pasar dalam negeri.
Tapi, Joko menduga, pertumbuhan penjualan MASA tahun ini hanya 2% dari tahun lalu. Sebab, kompetitor MASA, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga menggenjot pangsa pasar dalam negeri. Proyeksi Joko, pendapatan MASA sebesar Rp 3 triliun di 2012 dan Rp 3,1 triliun di tahun ini.
Sementara, laba bersih MASA kemungkinan masih tergerus rugi kurs karena beban utang dollar AS. Agar fulus bertambah, menurut Joko, MASA harus memperluas pasar ekspornya ke Asia tenggara dan Afrika.
Mitchel merekomendasikan buy saham MASA dengan target harga Rp 730. Sementara, Joko belum mengubah target harga MASA di Rp 410 dengan rekomendasi hold. Adapun, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 600. Kemarin, harga MASA stagnan di Rp 400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News