Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Harga timah jatuh ke level terendah selama 16 bulan terakhir. Perlambatan ekonomi global terutama Tiongkok sebagai pengguna timah terbesar dunia menggerus harga komoditas ini. Maklum, perekonomian dunia yang tengah melambat berpotensi memangkas permintaan komoditas logam industri.
Mengutip Bloomberg, pada Selasa (14/10), harga timah untuk kontrak pengiriman Desember di London Metal Exchange (LME) anjlok 2,48% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 19.650 per metrik ton. Ini menjadi harga terendah sejak Juli 2013. Dalam sepekan terakhir, harga timah telah terpangkas 3,32%.
Ibrahim, analis pasar komoditas dan Direktur Equilibirium Komoditas Berjangka mengatakan, harga timah anjlok lantaran perekonomian Tiongkok sebagai konsumen utama semakin melambat. Secara global, pertumbuhan ekonomi juga masih melambat.
Data consumer price index Tiongkok pada September tahun ini tercatat sebesar 1,6%. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan sebulan sebelumnya 2,0%. Hal ini turut memperdalam koreksi harga timah.
Tidak hanya Tiongkok, zona Eropa kini juga sedang mengalami perlambatan ekonomi. Makanya, pemerintah Jerman merevisi pertumbuhan ekonominya pada tahun 2014 dari 1,8% menjadi 1,2%.
Sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas target pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan menjadi 3,8%, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4%. "Ini sinyal lesunya permintaan, saat stok masih tinggi," kata Ibrahim.
Meredanya konflik geopolitik antara Ukraina dengan Rusia membuat Rusia bebas besar mengekspor timah sebanyak-banyaknya ke negeri importir. Akibatnya, negara importir kini memiliki stok timah yang melimpah.
"Penurunan harga timah semakin lengkap dengan penguatan dollar Amerika Serikat (AS)," kata Ibrahim. Data ekonomi AS yang positif membuat indeks dollar AS semakin berotot. Tak ayal, Bank Sentral AS pun berencana mempercepat kenaikan tingkat suku bunga di tahun depan. Dollar AS bakal makin perkasa. Sebaliknya, harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini semakin terpuruk.
Secara teknikal, harga timah tampak masih akan menurun. Bollinger band dan moving average berada di level 80% di bawah bollinger tengah. Stochastic terletak 60% di area negatif.
Indikator relative strength index (RSI) masih wait and see. Sedangkan moving average convergence divergence (MACD) di level 70% berada di area negatif. Ibrahim memprediksi harga timah akan bergerak di level US$ 19.550-19.700 per metrik ton dalam rentang waktu sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News