Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Saat perekonomian tersendat, laju bisnis PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) justru moncer. Hingga kuartal III-2015, ICBP meraih pendapatan senilai Rp 24,10 triliun, naik 6% year on year (yoy).
Kinerja ICBP ditopang produk mi instan, yang berkontribusi 65% terhadap total pendapatan. Kemudian pendapatan produk dairy menyumbang 16%, makanan ringan dan minuman masing-masing berkontribusi 6%, produk penyedap makanan 3%, serta nutrisi dan makanan khusus 2%.
Dari sisi bottom line, ICBP meraih laba usaha Rp 3,20 triliun, naik 23,55% (yoy). Adapun laba bersih melejit 16% (yoy) menjadi Rp 2,44 triliun.
Dang Maulida, analis KDB Daewoo Securities, menilai, ICBP bisa membuktikan diri sebagai perusahaan yang selalu berinovasi demi menangkap permintaan pasar yang tidak pernah habis. "Dalam 10 tahun terakhir, permintaan konsumsi di Indonesia naik 10%.
Konsumen ingin produk yang lebih baik dengan harga terjangkau dan ICBP telah sukses memenuhinya," tutur Dang, (2/11). Inovasi memang menjadi kunci, khususnya bagi perusahaan sebesar ICBP.
Seperti diketahui, sebanyak 65% pendapatan ICBP berasal dari penjualan produk mi instan. Ini berarti mi instan ICBP telah dikenal seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini memposisikan ICBP telah menempati titik teratas sebuah bisnis.
Dalam posisi itu, perusahaan hanya bisa mempertahankan pangsa pasar, bukan lagi menggenjot pertumbuhan volume penjualan. Caranya, ya, inovasi. Beberapa waktu lalu, ICBP meluncurkan produk mi instan khusus anak-anak. Selama ini, produk ICBP menyasar segmen usia rata-rata 29 tahun.
Inovasi dan diversifikasi produk seperti inilah yang menyebabkan penjualan mi instan ICBP tetap stabil. Pertumbuhan penjualan mi instan ICBP memang sulit tumbuh pesat, paling banter sekitar 1%. Tapi, untuk turun kemungkinannya kecil.
"Yang menarik saat ini justru produk dairy, makanan ringan dan minuman ICBP," ungkap Dang. Divisi bisnis itu masih dalam fase pertumbuhan, sehingga memiliki prospek yang lebih baik. Ditambah, produk dairy milik anak usaha ICBP, Indolakto, adalah kebutuhan dasar masyarakat, khususnya kalangan muda.
Margin bisnis produk ini cukup menarik. Pada semester I-2014, margin kotornya hanya 3,1%. Namun pada semester I-2015, angkanya melompat menjadi 9,3%.
Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, dalam risetnya, menjelaskan, hanya divisi dairy dan minuman ringan yang mencatatkan pertumbuhan volume penjualan, masing-masing 7% dan 4% pada kuartal III 2015. Ini menunjukkan daya beli melemah.
Divisi mi instan ICBP juga mencatat kenaikan pendapatan 5,1%. Tapi, ini lebih karena kebijakan manajemen mengerek harga. "Secara keseluruhan, brand ICBP sudah kuat dan defensif," jelas Harry.
Princy Singh, analis JP Morgan, menilai, inovasi ICBP bisa menyebabkan pertumbuhan korporasi tetap stabil. Dang dan Harry merekomendasikan buy saham INDF, dengan target harga masing-masing Rp 16.500 dan Rp 16.800 per saham.
Sedangkan Singh merekomendasikan underweight dengan target harga Rp 14.800 per saham. Kemarin, harga saham ICBP ditutup menurun 0,57% menjadi Rp 13.125 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News