Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Intan Nirmala Sari, Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berduka! Aksi teror bom mengguncang tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5) pagi. Belum reda, Minggu malam, kembali terjadi ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Aparat kepolisian juga langsung meningkatkan status Siaga I di beberapa wilayah.
Presiden Joko Widodo meminta masyarakat tetap tenang merespons tindakan pengeboman di lokasi berbeda di Surabaya, Jawa Timur yang menyebabkan 13 korban meninggal dunia dan puluhan orang terluka.
Meski aksi ini mengiris ketakutan sekaligus keprihatinan, di mata pelaku pasar modal, teror bom tak akan mempengaruhi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika pasar modal tertekan, efeknya sementara. "Biasanya hanya 1 hari-2 hari," ungkap analis Mega Capital Sekuritas, Adrian M. Priyatna, kemarin.
Otoritas BEI juga berharap pelaku pasar tenang dan beraktivitas normal. Pengalaman saat teror bom Thamrin, 14 Januari 2016, terbukti tidak berpengaruh besar terhadap aktivitas di pasar modal.
Saat terjadi teror bom Thamrin, 2 tahun lalu, IHSG sempat terkoreksi 1,72% ke 4.459,32. Namun itu hanya reaksi sesaat karena pada penutupan di hari yang sama, IHSG ditutup melemah tipis 0,53%. Keesokan harinya justru menguat 0,24%. "Investor di pasar modal tak terpengaruh teror," ujar Direktur Utama BEI, Tito Sulistio.
Secara historikal, aksi teror bom memang hanya berefek sementara bagi pasar modal. Bahkan, dua bulan setelah kejadian, IHSG kembali bangkit.
Fundamental emiten LQ45 juga menunjukkan kinerja positif. Ini terlihat dari rata-rata pendapatan dan laba bersihnya yang tumbuh masing-masing sebesar 15,96% dan 11,68% pada kuartal I- 2018.
Meski begitu, sebagian analis tetap melihat aksi teror bom bisa mempengaruhi persepsi investor asing atas kondisi terkini Indonesia. "Asing akan cermati ini. Secara psikologis, dunia usaha terpengaruh," kata Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar.
Tapi, Vice President Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere, berpendapat lain. Efek teror bom terhadap minat investor asing tak terlalu signifikan. "Jika investor asing masih jual, itu bukan hal aneh karena sudah dilakukan sejak tiga kuartal lalu," katanya.
Selain teror, pasar saham lokal memang sudah dibayangi sejumlah isu. "Misal, kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS," kata analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo.
Berharap situasi kembali kondusif, kini pelaku pasar menanti Bank Indonesia menaikkan bunga acuan demi menyokong IHSG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News