kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Efek Iran berkurang, harga minyak tergelincir


Selasa, 09 Juli 2019 / 07:27 WIB
Efek Iran berkurang, harga minyak tergelincir


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah ditutup turun pada awal pekan, hari ini harga minyak melanjutkan penurunan. Selasa (9/7) pukul 7.15 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange turun 0,36% ke US$ 57,45 per barel.

Harga minyak brent untuk pengiriman September 2019 di ICE Futures berada di US$ 63,88 per barel, juga turun 0,36% ketimbang harga penutupan kemarin pada US$ 64,11 per barel.

Harga minyak untuk kedua kontrak tersebut turun dalam dua hari perdagangan sejak kemarin. Kemarin, harga minyak sempat menguat akibat kekhawatiran kenaikan tensi geopolitik setelah Iran mengungkapkan akan meningkatkan pengayaan uranium menjadi 20%, di atas kesepakatan nuklir 2015.

Sentimen geopolitik yang mengerek ini masih dibayangi oleh potensi penurunan permintaan minyak sepanjang tahun. "Kekhawatiran akan kejadian di Teluk Persia menyebabkan adanya bid di pasar, tapi tanpa perkembangan signifikan, pasar kembali turun di tengah kekhawatiran permintaan," kata Gene McGillian, vice president of market research Tradition Energy kepada Reuters.

Permintaan minyak mentah diramal berkurang akibat perang dagang yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Apalagi, pesanan mesin Jepang pada bulan Mei turun untuk pertama kali dalam empat bulan terakhir. 

Ini adalah penurunan terbesar dalam delapan bulan terakhir. Penurunan pesanan mesin berpeluang menunjukkan bahwa investasi korporasi berkurang.

Sementara Goldman Sachs mengatakan, pertumbuhan produksi shale oil Amerika Serikat (AS) akan melebihi permintaan global setidaknya hingga tahun depan. Hal ini menyebabkan kenaikan harga minyak lebih terbatas meski OPEC+ melanjutkan pemangkasan produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×