kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Efek e-commerce ACES terbatas


Jumat, 22 Januari 2016 / 08:11 WIB
Efek e-commerce ACES terbatas


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah menyetujui masuknya pemodal asing ke industri e-commerce lokal. Para investor ini bisa masuk 100% dengan syarat, menggandeng mitra lokal. Ini merupakan sentimen positif bagi peritel yang juga baru mengembangkan layanan online, seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).

"Positif, tapi juga tidak terlalu signifikan," ujar Jennifer Natalia Widjaja, analis Ciptadana Securities, kepada KONTAN, Kamis (21/1).

Pertama, mengubah kebiasaan belanja offline ke online itu membutuhkan waktu. Kedua, yang dijual di gerai ACES merupakan barang kebutuhan sekunder. Sehingga, perputaran permintaannya tidak secepat permintaan barang-barang primer.

Karakteristik inilah yang menyebabkan kontribusi penjualan online ACES kurang maksimal. Sebagai pembanding, kontribusi penjualan online Ace Hardware di Amerika Serikat hanya 2% - 3%.

Matthew Wibowo, analis Mandiri Sekuritas, sependapat. Kedatangan investor asing masuk ke sektor e-commerce tidak serta merta berdampak positif signifikan bagi ACES. Dalam riset 19 Januari lalu Matthew mencatat, perubahan kebiasaan dari offline butuh waktu.

Tapi, perubahan mulai terlihat. "Apalagi, infrastruktur bertambah baik, seperti logistik dan koneksi internet," terangnya. Boleh saja ACES berharap menghasilkan pendapatan tambahan melalui sistem online tersebut.

Tapi, ACES masih menghadapi perlambatan ekonomi. Sejatinya, ACES memiliki segmen konsumen menengah ke atas, yang lebih kebal terhadap kenaikan harga barang. Tapi, ACES tidak bisa sepenuhnya berkelit dari tekanan.

"Juga karena karakteristik barang yang dijual ACES barang sekunder. Saat krisis, konsumen lebih mengutamakan konsumsi barang primer," jelas Jennifer.

Kondisi ini menyebabkan manajemen ACES hanya memasang target konservatif. Hanya ada delapan gerai yang akan dibuka tahun ini. Target ini sama seperti realisasi pembukaan gerai tahun lalu.

Padahal, ACES menargetkan 10-15 gerai baru tahun lalu. Tahun ini ACES hanya membidik pertumbuhan penjualan 5%. Katalis positifnya penurunan BI rate. Jika permintaan properti naik, kebutuhan perlengkapan rumah terkerek.

Jeniffer memprediksi, ACES akan mencatat pendapatan Rp 5,84 triliun, hanya naik 8% dibanding estimasi pendapatan tahun lalu. Dia memperkirakan, laba bersih ACES tahun ini Rp 632 miliar, naik 7% dari prediksi laba tahun lalu.

Princy Singh, analis JP Morgan, kurang menyukai saham ACES. Sebab, emiten ini masih berkutat pada problem rantai pasokan yang kurang maksimal, khususnya untuk gerai luar Jawa. Masalah ini menyebabkan pertumbuhan penjualan ACES di toko yang sama (SSSG) relatif flat, antara 6%-7% sejak Oktober hingga Desember 2015.

Jennifer merekomendasikan tahan ACES dengan target Rp 780. Matthew merekomendasikan netral dengan target Rp 775. Singh, menghitung underweight dengan target harga Rp 555.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×