Reporter: Arief Ardiansyah, Harris Hadinata, Roy Franedya, Anastasia Lilin Y | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Chaos yang muncul sebagai dampak penutupan situs penyedia digital currency Liberty Reserve (LR) jauh lebih cepat dari badai yang muncul akibat kepakan kupukupu di Brazil yang diibaratkan Edward Norton Lorenz. Berita penangkapan Arthur Budovsky langsung menjadi gempa di berbagai situs forex online dan sosial media.
Apalagi, aparat penegak hukum pun bergerak sangat cepat. Setelah situs ditutup, mereka langsung menyita aset-aset LR berupa rekening di berbagai bank di Costa Rika, Siprus, Australia, Hongkong, dan China. Keberadaan LR di dunia maya sungguh membuat penegak hukum, khususnya di Amerika Serikat (AS), geram. LR diduga menjadi sarana para pencuri identitas, pelaku fraud kartu kredit, hacker, pelaku pornografi , pedagang narkotika, hingga penyedia investasi bodong melarikan hasil kejahatannya.
Kementerian Keuangan AS mengatakan, akun anonim menggunakan LR untuk jualbeli software peretas informasi personal dan menyerang institusi fi nansial. Jaringan pencuri uang via ATM di 27 negara sebesar US$ 45 juta beberapa waktu lalu, memakai LR untuk mentrasfer hasil jarahan mereka.
Tak cuma aset LR, aparat hukum juga langsung mengunci pergerakan kaki tangan LR dalam berbisnis. Perusahaan atau perorangan yang menjadi tempat penukaran LR secara lokal atau money changer online(exchanger) menjadi sasaran tembak berikutnya. Jaksa Penuntut AS Preet Bharara telah mengeluarkan surat penahanan (warrant) kepada 35 exchanger resmi LR sekaligus para pemiliknya. “Mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas LR,” kata Bharara, yang tertera dalam surat warrant-nya.
Aparat hukum AS mendapat identitas para exchanger resmi itu dari dokumen yang terkirim saat para exchanger itu mengajukan aplikasi ke LR. Untuk itu, domain semua exchanger ditahan paling lambat 14 hari kerja sejak 28 Mei lalu. Aparat hukum juga sudah mengirim perintah penahanan ini ke masing-masing negara yang terlibat untuk proses pengadilan lebih lanjut. Tak tertutup kemungkinan dilakukan proses ekstradiksi untuk kemudian diadili di AS.
Yang menarik, empat dari 35 exchanger itu berasal dari Indonesia. Mereka adalah Tukar-Duid.com, GoldMediator.com, Tacoauthorized.com, dan DuyduyChanger. com. Bila membuka keempat situs tersebut, Anda akan mendapat stempel aparat penegak hukum AS.
Seketika, para pemilik exchanger di Indonesia pun tiarap. KONTAN yang berupaya menelusuri dan mengontak mereka belum berhasil mendapat konfirmasi. Beberapa nomor ponsel yang tercantum di fanpage Facebook para exchanger itu tidak merespons panggilan telepon dari KONTAN dan sebagian sudah tidak aktif.
Dari keempat exchanger LR di Indonesia, hanya TukarDuid yang sudah mengeluarkan pernyataan ihwal kasus yang menimpa. Exchanger LR yang berlokasi di Yogyakarta menyampaikan pernyataan sebelum situs mereka diblokir aparat hukum AS.
Melalui fanpage Facebook, TukarDuid membantah telah terlibat dalam kegiatan pencucian uang. Bisnis penukaran uang yang dimiliki Joan dan Eddy ini menyatakan tidak melayani transaksi dengan tujuan tindakan tidak terpuji atau kriminal. Nama TukarDuid ikut disebut-sebut dalam dokumen Kejaksaan AS karena tercatat sebagai exchanger resmi LR.
Lantaran situs TukarDuid. com ditutup aparat hukum, para pengelola TukarDuid memindahkan aktivitas bisnis secara online di alamat Tukar-Duid.biz dan TukarDuid.ws. Namun, saat mengakses kedua website tersebut, hanya muncul gambar bertuliskan: I’ll be back. TukarDuid akan kembali lagi dengan wajah baru dan nama baru. Nantikan 12 Juni 2013.
Selain itu, TukarDuid membantah kantor mereka telah disegel aparat hukum dan para pemiliknya menjadi buron. Dalam surat bertandatangan Admin TukarDuid(dot)Com ini dinyatakan kantor mereka masih jalan dan masih melayani kebutuhan pelanggan seperti biasa. “Kami akan segera menambahkan beberapa beberapa e-currency baru dalam lini usaha kami,” tulis sang admin.
Bila exchanger resmi LR sedang tiarap, para exchanger LR masih beroperasi dengan baik. Masih di Yogyakarta, salah satu pedagang valas atau money changer LR mengatakan, pengguna produk LR di Indonesia cukup banyak. Biasanya mereka merupakan investor ritel yang mencari untung dari selisih nilai tukar. Dalam transaksi ini nasabah bisa mendapatkan selisih antara Rp 300–Rp 400 dari nilai tukar (kurs) yang ditawarkan perbankan.
Exchanger LR yang meminta identitasnya dirahasiakan ini memberi batas minimal transaksi penukaran US$ 5 dan maksimal US$ 3.000. “Dari 50 orang nasabah aktif kami, sekitar 80% menggunakan LR,” ujarnya.
Cerita serupa keluar dari pedagang valas online asal Semarang, Jawa Tengah. Sebelum LR ditutup, dari 5.000 nasabah aktif sekitar 30% menggunakan LR untuk bertransaksi di dunia maya. Pedagang valas yang tak ingin disebutkan nama usahanya ini memastikan tak hanya para trader forex yang kehilangan uang. Sebagai pedagang valas, mereka juga merugi lantaran sudah menempatkan uang di LR. “Bos kami bilang, duit di LR yang hilang sekitar US$ 9.000,” kata customer service pedagang valas dari Semarang.
Selain para exchanger, banyak sekali para trader forex yang mengambil jasa broker forex di luar negeri harus tersangkut dananya. Yultham Setiawan, pelaku trading forex online dari Yogyakarta, mengatakan, kesulitan utama banyak trader pascapenutupan LR adalah tidak bisa menarik dana. Saat LR ditutup, banyak trader masih menempatkan dana di rekening trading yang berada di broker forex.
Muncul gantinya
Masalahnya, ada broker forex yang membuat aturan bahwa trader yang melakukan deposit dari LR hanya bisa dicairkan melalui LR. Begitu pula untuk payment processor yang lainnya. “Banyak teman yang masih menaruh uang di rekening trading, jadi tidak bisa withdraw,” kata Yultham.
Memang, penutupan LR ini juga menjadi masalah buat broker forex yang menerima deposit dan penarikan dari LR. Beberapa broker forex tersebut adalah Instaforex, Masterforex, FXClearing, FBS, Exness, FXOptimax, FXOpen, Seseskyline, dan banyak lagi lainnya.
Respons tiap broker terhadap kasus ini berbeda-beda. Masterforex, misalnya, menyatakan, nasabah yang melakukan deposit dengan LR bisa melakukan penarikan dengan payment gateway lain. Beberapa metode pencairan dana itu di antaranya melalui Fasapay, Mpay, dan transfer bank.
Lain lagi dengan pernyataan yang keluar dari Instaforex. Broker forex dari Rusia ini memastikan dirinya bukan penjamin dari kegagalan yang terjadi pada sistem pembayaran, dalam hal ini LR. Untuk itu, mereka menyatakan nasabah yang menaruh deposit dengan LR tidak bisa menarik dana hingga enam bulan ke depan, terhitung mulai 30 Mei 2013.
Pada November nanti, nasabah bisa menarik dana asalkan tetap bertransaksi di Instaforex. Saat masa pencairan tiba, Instaforex hanya akan mencairkan 50% dari deposit nasabah yang masuk melalui LR.
Sikap Instaforex ini bisa ‘dimaklumi’. Kabar yang beredar, situs perantara forex ini baru saja menginjeksi saldo LR-nya senilai US$ 30 juta. Sayang, permohonan konfirmasi dari KONTAN ke Instaforex belum mendapat tanggapan sampai penulisan berita ini.
Yang pasti, tak peduli di dunia maya atau nyata, penutupan LR membuat alat pembayaran online lain menjadi hidup. Ini diakui oleh pedagang valas online dari Semarang. Penutupan LR tidak berpengaruh terhadap bisnis mereka, selain kerugian deposit LR.
Para trader forex online tetap menukarkan uang dengan digital currency lain yang juga sudah dilayani oleh pedagang valas tersebut. “Tidak ada penurunan omzet penukaran. Orang beralih dari LR ke webmoney,” kata sang customer service pedagang valas.
Pantauan KONTAN di forum-forum forex online, para trader juga langsung beralih dari LR. Selain webmoney, mereka juga memakai Money Booker, Neteller, hingga Fasapay. Tentu juga tersedia jalur-jalur pembayaran lain yang sudah terbukti aman seperti menggunakan PayPal, kartu kredit, dan transfer bank.
Tapi, memang belum ada yang menyaingi LR dari sisi murah, praktis, dan kemudahan lainnya. Uang virtual pun patah tumbuh hilang berganti.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 37 - XVII, 2013 Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News