Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Teror kembali mengguncang Jakarta. Kali ini, ledakan yang diduga berasal dari aksi bom bunuh diri terjadi di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu (24/5). Aksi teror itu menyebabkan empat orang meninggal dunia dan 11 lainnya luka-luka.
Efek teror bom diprediksi akan merembet ke pasar saham Indonesia, pada transaksi hari ini (26/5). Namun, efeknya hanya sesaat. "Investor asing mungkin wait and see, tapi tidak lama," ungkap Taye Shim, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas kepada KONTAN, Kamis (25/5).
Secara historikal, aksi teror bom memang ikut mempengaruhi perdagangan saham di pasar domestik. Meski begitu, pada aksi teror di Sarinah awal 2016 lalu, efeknya ke bursa hanya sesaat. Demikian pula dengan aksi bom Bali 1, 2 dan Hotel JW Marriot, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya turun dalam jangka pendek. Bila dirata-ratakan, dampak aksi pengeboman itu berlangsung tiga hari.
Dampak yang lebih terasa adalah pada aksi pengeboman tahun 2000 di lapangan parkir Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kala itu, pasar saham langsung turun drastis dan cenderung membaik setelah tujuh hari.
Fokus investor
Sementara, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, teror bom Kampung Melayu tak akan mempengaruhi pasar saham. Ini lantaran investor, termasuk pemodal asing, pernah merasakan kejadian serupa dalam beberapa tahun terakhir.
Awalnya pasar memang sedikit cemas. Namun hal itu tidak akan berlangsung lama, sehingga pasar kembali menguat. Menurut Hans, pasar menyadari aksi terorisme tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di belahan dunia lainnya.
Apalagi, aksi terorisme diyakini tidak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. "Asing kelihatannya tidak terpengaruh bom tersebut. Setelah pelajaran panjang kita dan polisi yang terbukti lebih tangguh, kemungkinan dana asing keluar kecil sekali," tutur Hans.
Hal ini ditambah fundamental Indonesia yang terus membaik. Indonesia baru saja mendapatkan peringkat investment grade dari Standard and Poors (S&P). Menurut Hans, sentimen S&P akan lebih kuat mendorong IHSG dibandingkan dengan serangan terorisme.
Pendapat Taye juga setali tiga uang. Ia menilai, investor akan mempertimbangkan fundamental Indonesia yang saat ini terus membaik. Dalam jangka panjang, investor akan fokus terhadap hal ini.
Hans memperkirakan, IHSG pada perdagangan hari ini akan bergerak konsolidasi menguat dengan support 5.672-5.630 dan resistance 5.730-5.777.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News