Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pelemahan rupiah lagi-lagi menjadi biang keladi melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kemarin, ketika kurs tengah Bank Indonesia (BI) ada di level Rp 11.930, indeks langsung ditutup melemah 0,41% ke level 4.233.
Yuganur Wijanarko, Senior Research HD Capital bilang, bila pelemahan rupiah terus berlanjut, maka tekanan terhadap indeks kian membesar. Bahkan, jika rupiah hari ini, (29/11) kembali menyentuh level Rp 12.000 per dollar AS, maka level pergerakan IHSG kian turun di kisaran support 4.070-4.170 dan resistance 4.350-4.480.
"Hal itu memang terlihat negatif. Tapi, tekanan itu justru membuka peluang akumulasi di beberapa big cap yang akan mengundang bargain hunting asing di daerah oversold (jenuh jual) nantinya," jelas Yuganur.
Ada empat saham big caps yang menjadi rekomendasi 'stock picks'. Keempatnya adalah, ASII, ISAT, BMRI, dan SIMP.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities bilang, satu-satunya sentimen negatif bagi IHSG hari ini adalah pelemahan rupiah. Apalagi, pelemahan sebelumnya hanya dipicu oleh defisit neraca berjalan justru kembali dilemahkan oleh kebijakan mobil low cost green car (LGC) yang dinilai telah membuat berat defisit current account.
Untuk jangka pendek, khususnya hari ini, rupiah sangat berpotensi menyentuh level Rp 12.000. Indeks diperkirakan bergerak di kisaran 4.199 - 4.271. Adapun saham-saham yang perlu dicermati adalah PGAS, TLKM, SMRA, INTP, dan LSIP.
Jika melihat tren seperti ini, sisa 19 hari perdagangan jelang closing IHSG sepertinya level 4.570 akan sulit ditembus. "Syukur bisa ditutup sama seperti level awal tahun, 4.316," pungkas Edwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News