Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate disinyalir bisa memoles kinerja reksadana syariah pada tahun ini. Tak heran, sejumlah manajer investasi berniat merilis produk syariah anyar pada semester pertama 2016.
Salah satunya BNI Asset Management (BNI AM) yang akan meluncurkan reksadana pendapatan tetap syariah. Head of Investment BNI AM Hanif Mantiq bilang, produk ini akan beraset dasar obligasi syariah alias sukuk. Mayoritas akan berupa sukuk negara. S
ebab, harga sukuk negara lebih menarik ketimbang korporasi sehingga potensi capital gain bisa lebih besar. "Kami estimasikan produk ini bisa membagikan imbal hasil 10% per tahun," kata Hanif, baru-baru ini.
Rencananya, produk ini terbit pada kuartal II-2016. BNI AM menargetkan dana kelolaan sekitar Rp 200 miliar untuk setahun pertama.
Pemain lain, MNC Asset Management tengah menyiapkan reksadana pasar uang syriah. Direktur MNC Asset Management Suwito Haryatno menyebut, produk baru ini akan beraset dasar deposito syariah dan sukuk.
"Saat ini dalam proses di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," tuturnya. Jika tidak ada aral melintang, produk tersebut akan meluncur pada kuartal I-2016.
Kata Suwito, produk anyar ini akan membidik investor institusi yang membutuhkan instrumen syariah. Misalnya, dana pensiun atau jasa keuangan lainnya. "Kami akan ke investor institusi terlebih dahulu, karena basis investor ritel masih perlu dikembangkan," ujarnya.
Suwito optimistis, kinerja reksadana pada tahun ini bakal lebih baik ketimbang tahun lalu. Menurutnya, investor dengan tujuan investasi setahun bisa masuk ke reksadana pasar uang syariah.
"Produk ini lebih aman ketimbang saham. Namun, jika investasi untuk jangka panjang, bisa masuk ke reksadana saham secara bertahap," tukasnya.
Return 7%-8%
Analis Infovesta Mark Prawirodidjojo memproyeksikan, industri reksadana syariah pada tahun ini akan tumbuh dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan ditopang berkembangnya masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Selain itu, adanya dukungan pemerintah dan OJK, baik dari sisi regulasi maupun edukasi ke masyarakat, juga bisa menyokong industri reksadana syariah.
"Misalnya, mulai tahun ini, reksadana syariah dapat memiliki aset syariah luar negeri dengan porsi hingga 100%. Ini dapat menarik investor yang ingin berinvestasi pada aset syariah di luar negeri," papar Mark.
Imbal hasil reksadana syariah pada tahun ini juga diprediksi bisa lebih baik. Sebab, menurut Mark, ada potensi penurunan BI rate lebih lanjut, setelah dipangkas sebesar 25 basis poin pada Januari 2016.
Pemangkasan BI rate bakal berdampak pada penurunan yield obligasi dan kenaikan harga obligasi. Dus, reksadana syariah beraset dasar obligasi akan membukukan kenaikan harga atau capital gain.
Kendati demikian, kata Mark, perlambatan ekonomi China dan masih rendahnya harga minyak mentah masih akan mengancam kinerja pasar modal domestik pada tahun ini. Ia memperkirakan, reksadana pendapatan tetap syariah bisa membagikan rata-rata return sebesar 7%–8%.
Sayang, Infovesta belum menghitung potensi return untuk reksadana pasar uang syariah. OJK mencatat, total dana kelolaan reksadana syariah pada akhir 2015 mencapai Rp 10,96 triliun. Angka tersebut menyusut 3,6% dibandingkan awal Januari 2015 yang mencapai Rp 11,37 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News