Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ada dua faktor yang menopang pertumbuhan harga Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (6/9).
Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Selasa (6/9), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price terangkat 0,2% dibandingkan hari sebelumnya ke level 117,46.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, kenaikan harga obligasi negara kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Di pasar spot pada Selasa (6/9), rupiah menguat 0,22% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.127 per dollar Amerika Serikat (AS).
Amunisi tambahan juga berasal dari membaiknya persepsi risiko investasi di Indonesia yang tercermin pada penurunan angka credit default swap (CDS). Mengacu Consumer News and Business Channel (CNBC) per Selasa (6/9), CDS Indonesia bertenor lima tahun mengecil 1,23% menjadi 138,76.
"Kondisi tersebut tidak lepas dari turunnya probabilitas kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed pada rapat September 2016," jelas Made. Pemicunya rilis data sektor tenaga kerja AS per Agustus 2016 yang tumbuh di bawah estimasi.
Walhasil, investor global kembali mengakumulasi aset yang berisiko termasuk instrumen obligasi negara berkembang.
"Hanya saja volume perdagangan SUN yang tidak begitu besar mengindikasikan pelaku pasar masih mencermati data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa waktu ke depan," tukasnya. Volume perdagangan SUN pada Selasa (6/9) mencapai Rp 4,73 triliun.
Made memproyeksikan, harga obligasi negara pada perdagangan hari ini berpotensi melanjutkan kenaikan. Hal ini ditopang oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah.
Di pasar spot pada Rabu (7/9) pukul 10.41 WIB, rupiah menguat 0,43% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.071 per dollar Amerika Serikat (AS).
"Juga akan didukung oleh imbal hasil surat utang global yang cenderung turun," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News