Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perdagangan batubara PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS) pada tahun-tahun ini akan fokus merampungkan akuisisi tambang batubara. Hal itu dilakukan supaya bisnis inti yang selama ini mandek bisa segera berjalan.
Pasalnya, sejauh perjalanan bisnisnya di bidang pertambanan dan pertambangan batubara, baru trading batubara yang berjalan. Itupun jalannya masih tertatih-tatih. Bayangkan saja, sebagai trader batubara, perusahaan ini hanya bisa melakukan transaksi di daerah Sumatra Selatan (Sumsel) saja.
Direktur Utama PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk Pramono Sukadis mengatakan pihaknya memang sedang membidik salah satu tambang yang ada di Kalimantan. Hanya saja, hal itu belum bisa dibicarakan lebih jauh. Namun saat ini, kegiatan akuisisi itu sudah sampai kepada due diligence.
“Targetnya insya allah tahun ini,” terang Pramono saat ditemui Kontan.co.id, usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Citywalk, Jakarta, Kamis (28/6).
Tambang yang dibidik merupakan tambang yang sudah produksi. Ia membocorkan sedikit, yang diproduksi adalah batubara dengan kalori di atas 3.600 Kcal per kilo gram (Kg). Hal itu, kata dia, sesuai dengan batubara yang dibutuhkan oleh PLN.
Asal tahu saja, sebagai trader batubara di Sumsel, AIMS hanya menjual batubara mulut tambang dari yang didapat oleh pihak ketiga. Hasil dari trading itu jika dijual kepada PLN harus memakai jasa pihak lain, lantaran sebagai trader lokal ia hanya bisa menjual batubara kalori rendah itu di sekitaran Sumatra Selatan saja.
Sepanjang Januari-Juni 2018, penjualan batubara itu berhenti, sejak adanya pengendali baru yaitu PT Duta Investama Nusantara (DIN) memiliki saham 77,05% yang akhirnya dikendalikan oleh PT AIMS Indo Investama.
Adapun AIMS mencatat pada tahun 2017 kegiatan perdangan batubaranya hanya mencapai 40.000 ton. “Kalau tahun ini produksinya kita tunggu dari akuisisi tadi,” terangnya.
Direktur PT AIMS Indo Investama mengatakan, untuk kegiatan perdagangan seperti trading, pihaknya akan memperluas tidak hanya di Sumatra Selatan. Hal itu seiring dengan kegiatan akuisisi yang akan berjalan.
“Dari produksi sendiri, kita bisa jual hasilnya,” tandasnya.
Menurut catatan kinerja perusahaan tahun 2017, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 2,62 miliar, meningkat 463,16% ketimbang 2016 yang hanya Rp 464,83 juta saja. Rugi tahun berjalan juga berhasil ditekan dari Rp 3,48 miliar menjadi Rp 1,61 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News