Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Mata uang dollar Amerika Serikat (AS) tertekan terhadap mata uang lainnya. Produk domestik bruto (PDB) AS yang melambat menekan mata uang dollar AS.
Kemarin (1/5) sampai dengan pukul 16.04 WIB, pasangan USD/JPY menurun 0,05% menjadi 102,18 dari hari sebelumnya. Pasangan AUD/USD meningkat 0,11% menjadi 0,9297. Pairing EUR/USD juga naik 0,14% ke 1,3886.
Data pertumbuhan ekonomi ASĀ yang buruk menjadi salah satu penyebab USD keok. PDB AS hanya tumbuh 1,2% selama kuartal I, melambat dari 2,6% dari kuartal sebelumnya. Selain itu, pernyataan The Fed yang akan mempertahankan suku bunga di level nol membuat dollar AS kian tertekan.
Head of Research and Analysis Division Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan, dollar AS melemah karena rilis data PDB AS di kuartal I yang tak sesuai harapan. Itu sebabnya pula, yen mampu menguat atas USD.
Namun, posisi USD bisa kembali menguat apabila sepanjang April lalu jumlah penyerapan tenaga kerja di AS meningkat. Penambahan jumlah tenaga kerja ini menunjukkan perusahaan di AS masih optimistis akan prospek ekonomi. Data ketenagakerjaan Amerika Serikat akan dirilis pada 2 Mei oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat.
Data PDB AS yang memburuk juga menjadi obat kuat bagi pasangan AUD/USD. Apalagi, kata analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy, pasar masih waspada dengan tindakan yang akan dilakukan oleh Gubernur The Fed, Janet Yellen. "Sepertinya akan ada pengetatan di masa mendatang, meski belum secara spesifik," imbuh dia.
Dari Australia sendiri, belum ada data-data ekonomi terkini yang bisa menggerakkan AUD/USD. Namun sejauh ini, ekonomi Australia masih cukup baik.
Ibrahim, analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka menilai, EUR/USD naik karena data penjualan ritel Jerman yang bagus. "Karena itu, euro bergerak menguat," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News