Reporter: Agus Triyono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Sejumlah mata uang Asia melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Turunnya klaim pengangguran AS pekan lalu memicu optimisme pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi AS. Efeknya, permintaan dollar AS naik sehingga greenback menguat terhadap mata uang lain, termasuk mata uang Asia.
Jumat (10/5), pasangan USD/KRW menguat 1,37% menjadi 1.106,39, pasangan USD/THB menguat 1,01% menjadi 29,78, dan pasangan USD/MYR menguat 0,64% menjadi 2,9930 dibanding hari sebelumnya.
Departemen Tenaga Kerja AS, Kamis (9/5), mengumumkan bahwa sepekan, jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran hanya 323.000, lebih rendah dibanding ekspektasi 335.000 klaim. Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penurunan klaim pengangguran tersebut memicu spekulasi pasar terhadap kemungkinan percepatan penghentian stimulus moneter AS. "Program pembelian obligasi senilai US$ 85 miliar selama ini cenderung melemahkan dollar AS. Ketika spekulasi penarikan stimulus muncul, itu bisa berdampak kepada pemulihan dollar AS," kata Zulfirman.
Zulfirman menambahkan, penguatan nilai tukar dollar AS terhadap won juga karena pemangkasan suku bunga 25 basis poin ke level 2,5% oleh Bank Sentral Korea, pekan lalu. Kebijakan tersebut telah membuat dollar menguat terhadap won.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures menambahkan, pergerakan dollar AS juga ditopang spekulasi pemotongan suku bunga acuan bank sentral Thailand. Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Thailand, Kittiratt Na Ranong bilang, 13 Mei nanti dia akan menemui Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Thailand untuk membahas penurunan biaya pinjaman.
Untuk pasangan USD/MYR, Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia, mengatakan, nilai tukar ringgit tertekan oleh penolakan kubu oposisi Malaysia terhadap hasil pemilu. Kondisi ini memicu kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terjadinya krisis politik di Negeri Jiran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News