Reporter: Cindy Silviana Sukma, Sunarti Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) bergerak mixed terhadap sejumlah mata uang utama dunia akhir pekan lalu.
Hingga Jumat (9/8), pasangan EUR/USD melemah 0,29% menjadi 1,3342 dibanding sehari sebelumnya. Pasangan AUD/USD menguat 1,11% menjadi 0,9206 dan pasangan USD/JPY melemah 0,48% menjadi 96,21.
Indeks dollar AS yang menunjukkan nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia mencatat kenaikan pada akhir pekan di level 81,13 dari hari sebelumnya di angka 80,98. Namun, indeks dollar AS ini masih lebih rendah ketimbang pekan sebelumnya di angka 81,91.
Bloomberg menghitung, nilai tukar dollar AS mencatat penurunan terbesar dibanding mata uang negara besar lainnya. Sebulan terakhir, nilai tukar dollar AS turun 3,7%.
Spekulasi pasar atas program stimulus AS telah bergeser. Awalnya, pasar memperkirakan Bank Sentral AS Federal Reserve akan memotong stimulus moneternya paling cepat September mendatang. Kini, spekulasi berpindah ke Desember. Spekulasi ini dipicu sepinya penjelasan Gubernur The Fed Ben S. Bernanke soal pengurangan stimulus.
Juni Sutikno, analis Philip Futures mengatakan, pasangan EUR/USD melemah karena data produksi industri di Prancis turun 1,4% pada Juni lalu. Angka ini jauh di bawah perkiraan awal, tumbuh 0,1%.
Juni menilai, dollar AS masih akan menguat terhadap euro. "Euro masih cenderung bergerak datar. Sementara data ekonomi AS telah menunjukkan adanya harapan pemulihan ekonomi dalam waktu dekat," tambahnya.
Meski menguat terhadap euro, dollar AS justru keok terhadap dollar Australia. Nilai tukar aussie menguat tajam terhadap dollar AS karena data produksi industri China yang positif. Produksi industri China tumbuh 9,7% Juli lalu.
Membaiknya data industri China memberi harapan potensi ekspor bagi Australia. Dari dalam negeri, Reserve Bank of Australia (RBA) menurunkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menjadi 2,25% pada tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 2,5%.
Meski demikian, Tonny Mariano, analis Harvest International Futures memperkirakan, pasangan AUD/USD berpeluang lebar untuk terus melemah. "Aussie bakal cenderung melemah terhadap dollar AS karena diperkirakan RBA masih akan memangkas suku bunganya lebih rendah," ucapnya.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, pasangan USD/JPY melemah, karena mata uang yen Jepang menguat karena rekor utang negara. Utang Jepang telah mencapai rekor ¥ 1.008,6 triliun pada tanggal 30 Juni lalu. Besarnya utang memicu spekulasi pasar bahwa Jepang akan menaikkan pajak konsumsi bulan depan.
Namun, penguatan yen diperkirakan hanya bersifat sementara. "Untuk saat ini, pasangan USD/JPY masih bergerak sideways. Dollar AS ada kecenderungan menguat," ucap Kiswoyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News