kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.690.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   35,00   0,21%
  • IDX 6.636   18,15   0,27%
  • KOMPAS100 963   0,22   0,02%
  • LQ45 750   -3,09   -0,41%
  • ISSI 206   1,44   0,70%
  • IDX30 391   -0,88   -0,23%
  • IDXHIDIV20 470   -5,41   -1,14%
  • IDX80 109   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 113   0,06   0,05%
  • IDXQ30 128   -0,77   -0,60%

Dolar AS Jatuh Imbas Kekhawatiran Perang Tarif dan Tenaga Kerja AS Lemah


Minggu, 09 Maret 2025 / 21:49 WIB
Dolar AS Jatuh Imbas Kekhawatiran Perang Tarif dan Tenaga Kerja AS Lemah
ILUSTRASI. REUTERS/Yuriko Nakao. Dolar AS jatuh imbas kekhawatiran perang tarif bisa membebani ekonomi. Data tenaga kerja AS yang lemah memperkuat asumsi ekonomi AS bakal melambat


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh imbas kekhawatiran perang tarif dapat membebani ekonomi. Data tenaga kerja AS yang lemah kian memperkuat asumsi ekonomi AS bakal melambat.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mencermati, dolar AS melemah akibat kekhawatiran retaliasi atau tindakan balasan negara-negara terhadap tarif Trump yang akan berdampak buruk pada ekonomi Amerika. Kekhawatiran perang tarif telah melebihi kekhawatiran inflasi dan arah suku bunga the Fed

Seperti diketahui, Trump telah menerapkan tarif terhadap impor Kanada dan Meksiko sebesar 25%, serta menambah tarif menjadi 20% bagi impor China mulai 4 Maret 2025. China merespons AS dengan menyatakan kesediaan berperang dalam bentuk apapun yang meningkatkan tensi antar kedua negara.

Lukman melihat, data tenaga kerja AS yang mendingin juga telah menyeret turun dolar AS. Laporan ketenagakerjaan AS untuk Februari 2025 menunjukkan bahwa ekonomi AS menambahkan 151.000 pekerjaan, meningkat dari revisi ke bawah 125.000 pada Januari, tetapi di bawah ekspektasi pasar sebesar 160.000.

Selain itu, tingkat pengangguran AS secara tak terduga meningkat menjadi 4,1% dan pertumbuhan upah melemah menjadi 0,3%, seperti yang diharapkan.

Baca Juga: Sebelum Tukar Valas, Periksa Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada Jumat (7/3)

‘’Dolar AS melemah oleh data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan. Dolar AS juga melemah oleh kekhawatiran retaliasi akan tarif Trump,’’ kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (9/3).

Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf, menilai bahwa perang dagang yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan negara-negara lain telah membebani dolar. Kekhawatiran muncul tentang dampak tarif besar terhadap perekonomian AS.

Dolar AS sempat memangkas kerugian setelah adanya penangguhan tarif selama satu bulan untuk produk otomotif impor dari Meksiko dan Kanada kemungkinan akan diperpanjang. Namun, pasar tetap memandang tarif sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi, terutama karena banyak perusahaan AS bergantung pada ekspor dan impor.

‘’Jika angka perdagangan menurun, dampaknya akan merugikan ekonomi yang dapat melambat akibat kebijakan tarif Trump ini,’’ ungkap Alwi dalam risetnya, Jumat (7/3).

Alwi mengamati, dolar AS turun di hadapan Yen (JPY) dan Franc Swiss (CHF) karena kedua mata uang ini mendapatkan manfaat atas situasi penghindaran risiko. Selain itu, dolar juga melemah terhadap mata uang komoditas seperti dolar Kanada dan Selandia Baru, serta mata uang pasar berkembang seperti peso Meksiko, rand Afrika Selatan, dan lira Turki.

Di sisi lain, Euro (EUR) mencatat penguatan terhadap dolar setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga untuk keenam kalinya dalam sembilan bulan terakhir. Namun, ECB juga merevisi naik proyeksi inflasi jangka pendeknya.

Mata uang euro semakin kuat ditambah rencana Jerman untuk meningkatkan pengeluaran besar-besaran di sektor infrastruktur dan pertahanan. Meskipun demikian, pengeluaran besar pemerintah ini juga memicu kekhawatiran akan meningkatnya tekanan inflasi.

Alwi menilai, data ekonomi AS pun menunjukkan tanda-tanda perlambatan, termasuk peningkatan besar dalam jumlah PHK yang diumumkan pada Februari. Selain itu, impor melonjak pada Januari akibat perusahaan-perusahaan yang bergegas membawa barang sebelum tarif impor diterapkan, mendorong defisit perdagangan ke level tertinggi sepanjang masa.

Kendati demikian, Lukman memandang bahwa fundamental dolar AS masih solid dan siap berbalik menguat ke level 108. Jika dibandingkan Eropa, prospek suku bunga dan pertumbuhan ekonomi AS dinilai masih lebih.

Suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan berkisar 2.25% dibandingkan the Fed sebesar 3.75% - 4% di 2025. Sementara itu, pertumbuhan zona eropa diperkirakan sebesar 0.9% dibandingkan AS yang diproyeksi sebesar 2.4%.

Dolar juga bisa lebih kuat berkat sentimen perang dagang. Tindakan balasan negara-negara yang diincar AS memang bisa melemahkan ekonomi, namun dolar kemungkinan justru diandalkan dalam kondisi konflik.

‘’Sebenarnya masih banyak ketidakpastian dari perang dagang, investor saat ini hanya bisa berspekulasi. Menurut saya, perang dagang walau cenderung akan melemahkan ekonomi AS, namun bisa menguatkan dolar AS dalam konteks risk off sentimen,’’ imbuh Lukman.

Baca Juga: Jack Daniel’s Diboikot di Kanada! Perang Dagang dengan AS Semakin Memanas

Selanjutnya: Tokio Marine Indonesia Sebut Pertumbuhan KPR Berdampak Positif bagi Asuransi Properti

Menarik Dibaca: 14 Ramuan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×