Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi kembali melemah pada perdagangan Rabu (19/1). Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya kekhawatiran soal omicron dinilai jadi sentimen negatif.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, dolar AS masih di atas angin menyusul ekspektasi pengetatan moneter Federal Reserve yang lebih agresif. Hal ini tercermin juga dari pergerakan imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun, yang kembali naik ke level tertinggi dalam 2 tahun, yang terlihat naik di atas 1,8% pada Selasa (18/1).
“Kenaikan imbal hasil obligasi AS ini bisa memicu adanya capital outflow karena selisih antara imbal hasil AS dengan Indonesia akan semakin menyempit,” ujar Alwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/1).
Baca Juga: Jelang RDG BI Besok, Rupiah Berpotensi Bergerak Sideways
Lebih lanjut, dari dalam negeri, dia juga menilai meningkatnya kasus omicron juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 824 orang dalam sehari, naik dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yakni 459 orang setiap harinya.
Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah berpotensi kembali melemah pada perdagangan besok. Proyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.315 per dolar AS-Rp 14.360 per dolar AS.
Adapun, pada Selasa (18/1), rupiah spot ditutup di level Rp 14.336 per dolar AS atau melemah 0,08% dari penutupan sebelumnya. Setali tiga uang, Mata uang Garuda juga terkoreksi tipis 0,01% ke Rp 14.325 per dolar AS di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia.
Baca Juga: IHSG melemah 0,47% ke 6.614 Hingga Akhir Perdagangan Selasa (18/1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News