kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dividen emiten BUMN menyusut


Senin, 09 Maret 2015 / 07:06 WIB
Dividen emiten BUMN menyusut
ILUSTRASI. Tanda-Tanda Diabetes Tipe 2, Catat Jumlah Air Minum Putih untuk Penderita Diabetes


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Beberapa emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah merilis kinerja tahun 2014. Kinerja mereka cukup beragam. Beberapa emiten membukukan pendapatan sesuai harapan. Namun, ada pula emiten yang berkinerja buruk atau bahkan merugi.

Kondisi ini, tentu saja, bakal mempengaruhi setoran dividen final para emiten itu. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015, pemerintah menargetkan pendapatan bagian laba BUMN sebesar Rp 34,9 triliun. Angka ini lebih kecil dari APBN-P 2014 yang Rp 40 triliun dan APBN 2015 yang mencapai Rp 44 triliun.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memprediksi, pemerintah akan menyiapkan ruang ekspansi yang besar untuk BUMN. Alhasil, pemerintah tak akan menarik dividen besar. Sebagai gantinya, pemerintah akan lebih banyak menggenjot pertumbuhan dari penerimaan pajak.

Beberapa emiten yang sudah merilis kinerjanya, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS), berkomitmen memberi dividen minimal 30% dari laba bersih. "Besarannya akan disampaikan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham. Namun, sesuai prospektus, kalau membukukan laba, kami memberi dividen sekitar 30% dari laba," ujar Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA pada KONTAN, Minggu (8/3).

Tahun lalu, laba bersih PTBA masih tumbuh 9% menjadi Rp 2,02 triliun. Pemicunya, pendapatan naik 16,7% menjadi Rp 13,08 triliun. Sementara, Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS, menyatakan, kemungkinan, rasio pembagian dividen TINS menurun dari biasanya yang mencapai 50% dari laba bersih. Di 2013, pay out ratio TINS mencapai 55% dari laba.

Namun, tahun ini, TINS ingin lebih banyak menggenggam kas untuk ekspansi, khususnya menggenjot produksi. "Kami masih menunggu keputusan pemerintah. Tetapi, memang, kami masih ingin melakukan ekspansi, sehingga besaran dividen akan disesuaikan," ujar dia.

Tahun lalu, laba bersih TINS naik 9,8% menjadi Rp 637,98 miliar. Pendapatan Timah naik 25,95% menjadi Rp 7,37 triliun. Kinerja oke Di sektor perbankan, Vice-President Investment PT Quant Kapital Investama, Hans Kwee, mencermati, para emiten BUMN membukukan laba di atas estimasi.

Contohnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Namun, emiten perbankan membutuhkan dana untuk memperkuat modal. Apalagi, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di depan mata.

Karena itu, rata-rata pay out ratio dividen BUMN, termasuk dividen perbankan turun di 20% dari laba bersih. Emiten BUMN konstruksi juga memangkas dividen dari 30% menjadi 25%. Pasalnya, emiten konstruksi akan ekspansi sesuai misi pemerintah mendorong infrastruktur. Meski dividen 2014 menyusut, prospek emiten BUMN tetap seksi.

Satrio mengingatkan, nilai perusahaan tidak dilihat dari dividen, melainkan pertumbuhan kinerja. Nah, bicara soal pertumbuhan, emiten bank dan konstruksi paling kokoh. Tapi, ada pula emiten BUMN yang kinerjanya di bawah ekspektasi. Sebut saja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). "Justru kalau dividen turun, emiten punya dana lebih banyak untuk ekspansi. Jadi, investor bisa meraih untung dari pertumbuhan kinerja," imbuh Hans.

Dia menganggap dividen hanya menjadi pemanis sebab rata-rata imbal hasil dividen hanya 2%. Namun, investor tetap bisa memanfaatkan momentum pembagian dividen di Mei mendatang.

Satrio juga mengatakan, langkah pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke emiten BUMN menggerakkan harga saham. Satrio dan Hans memilih saham perbankan, konstruksi, dan infrastruktur seperti BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, JSMR dan SMGR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×