kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Diversifikasi bisnis, SGRO sediakan Rp 200 miliar


Jumat, 08 Maret 2013 / 06:54 WIB
Diversifikasi bisnis, SGRO sediakan Rp 200 miliar
ILUSTRASI. Jika kadar asam urat dalam darah melebihi ambang normal, hal itu bisa menyebabkan penyakit asam urat atau gout. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mendiversifikasi usaha dengan masuk ke bisnis sagu dan karet. Produsen crude palm oil (CPO) ini menganggarkan dana Rp 200 miliar untuk masuk bisnis tersebut.

Dana itu diambil dari belanja modal SGRO tahun ini senilai Rp 1 triliun. SGRO telah mulai menanam sagu 2.000 hektare (ha) dan karet 3000 ha di tahun ini. SGRO merambah bisnis di luar CPO, lantaran harga jual CPO terkikis.

Head of Investor Relation SGRO, Michael Kesuma merinci, biaya penanaman sagu sekitar Rp 30 juta-Rp 35 juta per ha sampai masa tanaman menghasilkan (mature). Sementara untuk kebun karet biayanya Rp 40 juta - Rp 45 juta per ha.

SGRO telah menyiapkan lahan untuk komoditas tersebut. Untuk tanaman karet, SGRO mengakuisisi konsesi lahan hutan tanaman industri (HTI) seluas 100.000 ha di Ketapang, Kalimantan Barat. Sementara sagu, SGRO sudah mengakuisisi konsesi lahan HTI seluas 21.600 ha di Kepulauan Meranti, Riau. Akuisisi ini telah memenuhi kebutuhan lahan SGRO.

Namun, kontribusi kedua sektor ini masih di bawah 1%. "Ini karena produksi kedua sektor itu cenderung lama, bisa sampai lima tahun," ujar Michael, Kamis (7/3). Namun, dia optimistis, diversifikasi usaha ini dapat menopang usaha dalam jangka panjang.

SGRO juga masih akan menanami lahan untuk CPO seluas 10.000 ha. Michael memperkirakan, kebutuhan dana untuk lahan CPO Rp 55 juta - Rp 60 juta per ha dalam empat tahun pertama.

SGRO juga berencana menambah satu pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan berkapasitas 45 ton per jam. Saat ini, kapasitas pabrik SGRO 455 ton per jam. Dus, kapasitas pabrik SGRO akan menjadi 500 ton per jam.

Dana pembangunan pabrik baru Rp 100 miliar. SGRO menargetkan pabrik baru bisa operasi di 2014.

Saat ini, dari lahan produksi CPO SGRO seluas 110.000 ha, sebesar 90.000 ha sudah berproduksi. "Sisanya 18% menunggu produksi," papar Michael.
SGRO juga membuka peluang ekspansi ke produk hilir. SGRO akan mencari kembali pinjaman perbankan atau menerbitkan obligasi untuk mengembangkan bisnis hilir tersebut.

Kemarin, harga SGRO stagnan di Rp 2.250 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×