Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat penurunan laba bersih sepanjang Januari - September 2025. Segmen bisnis agribisnis diperkirakan akan mendorong kinerja INDF kedepan.
INDF membukukan pendapatan Rp 90,98 triliun per kuartal III - 2025, naik 4,64% secara year on year (yoy). Namun laba bersih INDF turun 10% secara yoy ke Rp 7,88 triliun.
Jessica Leonardy Equity Analyst OCBC Sekuritas mengatakan, laba bersih yang turun didorong oleh kenaikan tajam biaya keuangan, yang hampir dua kali lipat menjadi Rp 4,5 triliun. Hal ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang belum terealisasi dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp1,6 triliun.
"Segmen Agribisnis merupakan pendorong utama pertumbuhan, melonjak 32,5% yoy per kuartal III - 2025," ujar Jessica dalam risetnya pada 12 November 2025.
Baca Juga: Rebalancing MSCI Berlaku Efektif Mulai Selasa (25/11), Cek Rekomendasi Sahamnya
Segmen agribisnis didukung oleh harga rata-rata penjualan (ASP) yang lebih tinggi dan volume penjualan produk berbasis kelapa sawit, termasuk CPO, minyak nabati, dan minyak inti sawit (PKO). Sebaliknya, CBP mencatat pertumbuhan penjualan yang relatif moderat sebesar 1,5% yoy pada per September 2025. Terutama didorong oleh pertumbuhan volume di pasar domestik dan ekspor.
Sementara itu, Bogasari menghasilkan pertumbuhan penjualan yang datar pada sembilan bulan di 2025. Sambil mempertahankan profitabilitas yang sehat, didukung oleh pertumbuhan volume 3% yoy dan biaya bahan baku yang lebih rendah.
Sepanjang Januari - September 2025, perusahaan meluncurkan 50 SKU baru dan bertujuan untuk memastikan ketersediaan produk baru di pasar. "Produk-produk baru ini telah menunjukkan kinerja awal yang menggembirakan, meskipun saat ini masih berkontribusi sedikit terhadap total pendapatan," terang Jessica.
Peluncuran produk utama meliputi Indomilk Kids Yogurt di segmen produk susu dan Indofood Sosis Eat di segmen bumbu dapur. Keduanya didistribusikan terutama melalui saluran perdagangan modern.
Vita Lestari, Analis Sinarmas Sekuritas mencatat divisi perkebunan tumbuh 31% yoy. Produksi CPO meningkat 4% menjadi 513.000 ton, didorong oleh pasokan tandan buah segar (TBS) eksternal yang lebih tinggi. "Hasilnya, margin EBIT perkebunan meningkat menjadi 21,4%," ucap Vita dalam risetnya pada 12 November 2025.
Sementara itu, segmen minyak dan lemak nabati mencatat pertumbuhan 18% yoy, meskipun margin EBIT sedikit menurun menjadi 3,7% karena tingginya biaya input. Kemudian, ICBP melaporkan pertumbuhan pendapatan yang moderat sebesar 1,5% per September 2025. Ini karena permintaan domestik yang melemah mencerminkan tekanan berkelanjutan pada daya beli konsumen.
Pertumbuhan volume dipimpin oleh mi instan naik 3% yoy, susu naik 2% yoy, dan makanan ringan naik 1% yoy yang sebagian diimbangi oleh penurunan pada segmen makanan non-pokok, turun 4% yoy dan minuman turun 9% yoy.
Vita memandang kinerja agribisnis yang kuat sebagai pendorong utama pendapatan untuk tahun 2025. Didukung oleh harga komoditas yang lebih kuat, peningkatan efisiensi produksi, dan integrasi hilir yang semakin baik.
"Ke depannya, kami memperkirakan pendapatan kuartal IV - 2025 akan membaik secara berurutan, didukung oleh permintaan musim liburan dan manajemen biaya yang disiplin," kata Vita.
Senada, Jessica juga melihat segmen bisnis agribisnis tetap menjadi pendorong pertumbuhan utama. Pendapatan agribisnis diperkirakan akan terus menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan penjualan secara keseluruhan."Sehingga kami memproyeksikan pendapatan agribisnis akan tumbuh sebesar 25% yoy, menyusul kinerja sembilan bulan yang kuat," imbuhnya.
Hal ini didukung oleh harga jual rata-rata produk kelapa sawit yang lebih tinggi, khususnya harga CPO. Harga CPO telah meningkat 16% menjadi Rp12.169/kg per kuartal III - 2025.
Dinamika harga CPO yang menguntungkan ini semakin didukung oleh implementasi mandat B40 yang sedang berlangsung dan rencana untuk menerapkan B45 sebelum berkembang menuju mandat B50. Serta Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) yang akan datang.
Jessica memproyeksikan pendapatan dan laba bersih INDF tahun 2025 masing – masing mencapai Rp 121,52 triliun dan Rp 10,2 triliun. Adapun pada tahun 2024 INDF mengantongi pendapatan Rp 115,78 triliun dan laba bersih Rp 8,64 triliun.
Jessica, Vita dan Analis Indo Premier Sekuritas Nicholas Bryan merekomendasikan Buy saham INDF dengan target harga masing – masing Rp 9.600 per saham, Rp 8.600 per saham, dan Rp 11.200 per saham.
Baca Juga: Sektor Batubara Masih Suram, Begini Prospek Kinerja dan Saham Rekomendasi Analis
Selanjutnya: Wall Street Ditutup Naik Selasa (25/11), Ekspektasi Suku Bunga The Fed Makin Kokoh
Menarik Dibaca: Taxi Driver dan 6 Drama Korea Kriminal Tentang Perlawanan Ketidakadilan Hukum
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













